7 Mentalitas Profesional
Kini adalah zaman profesional. Abad 21 dicirikan oleh globalisasi yang serba kompetitif dengan perubahan yang terus berlomba.
Sebuah kisah kehidupan Harimau dan Rusa dalam Perlombaan Saat Matahari Terbit.
Setiap  pagi di Afrika, seekor rusa bangun. Ia tahu bahwa ia harus berlari  lebih cepat daripada singa tercepat. Jika tidak, ia akan terbunuh. 
Setiap  pagi seekor singa bangun, ia tahu bahwa ia harus berlari cepat daripada  rusa terlamban. Jika tidak, ia akan kelaparan. Tidak penting apakah  Anda sang rusa atau sang singa, saat matahari terbit, Anda sebaiknya  mulai berlari.
Tidak terbayangkan lagi ada organisasi yang bisa bertahan tanpa profesionalisme. 
Mari membangun mentalitas profesional.
1. Mentalitas Mutu (Efesus 1: 3 , 21)
Terpujilah  Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah  mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga , jauh  lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan  kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini  saja, melainkan juga di dunia yang akan datang.
Seorang  pengerja sudah seharusnya dan selayaknya menampilkan kinerja terbaik  yang mungkin bisa dilakukan dan berusaha agar berada di tingkat terbaik.  ( Cutting edge ) di bidang yang dipercayakan Tuhan.
Profesionalisme  tidak identik dengan pendidikan tinggi. Yang utama adalah sikap dasar  atau mentalitas. Maka seorang penyanyi di daerah terpencil misalnya,  meskipun tidak lulus SMP, namun sanggup bernyanyi dengan segenap hati  sampai dihasilkan suatu suara terbaik, sebenarnya adalah seorang  profesional. Seorang guru SD di desa Papua yang mengajar dengan segenap  dedikasi demi kecerdasan murid-muridnya adalah seorang profesional.
Jadi  mentalitas mutu adalah seorang profesional yang memiliki standar  kerjanya yang tinggi dan berorientasikan pada kemuliaan Tuhan.
2. Mentalitas Kasih (Roma 13:8)
Janganlah  kamu berhutang apa-apa kepada siapa pun juga, tetapi hendaklah kamu  saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia  sudah memenuhi hukum Taurat.
Seorang  pengerja selalu dimotivasi oleh keinginan mulia berbuat baik. Istilah  baik di sini berarti berguna bagi pekerjaan Tuhan. Aspek ini melengkapi  pengertian baik dalam mentalitas pertama, yaitu mutu. Baik dalam  mentalitas kedua ini berarti goodness yang dipersembahkan bagi  kesejahteraan masyarakat.
Mutu kerja seorang profesional tinggi secara teknis, tetapi juga harus tinggi nilai Kasihnya.
Apapun  yang dikerjakan bukan hanya dengan keahlian dan kemampuan terbaiknya,  juga harus dengan ketulusan dan kejujuran seperti yang tertulis dalam  Alkitab.
3. Mentalitas Melayani (1 Petrus 4:10)
Layanilah  seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh  tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.
Pengerja  Tuhan tidak bekerja untuk tugas yang dipercayakan saja, apalagi hanya  untuk kepuasan diri sendiri saja tanpa peduli pada sekitarnya.
Hakekat melayani, adalah kesadaran untuk melayani, menolong , bekerja sama dengan orang lain.
Dalam  melakukan pekerjaannya, seorang profesional yang memiliki mentalitas  melayani maka dia akan melakukan tugasnya dengan jujur, tulus dan  berintegritas.
4. Mentalitas Pembelajar (Matius 11:29 - 1 Koristus 4:6)
Pikullah  kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan  rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Supaya dari teladan  kami kamu belajar apakah artinya ungkapan: "Jangan melampaui yang ada  tertulis", supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri  dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain.
Seseorang  yang ingin maju, harus mau dan berani untuk belajar, seorang olah  ragawan, sebelum bertanding tentu dilakukan persiapan dan belajar yang  cukup, baru bisa ada kesempatan nntuk meraih piala.
Begitu  juga di bidang lain, seorang pekerja profesional adalah dia yang telah  mendapat pendidikan dan pelatihan khusus di bidang profesinya.
Jadi mentalitas pembelajar adalah keinginan belajar untuk terus bertumbuh dan mempertajam kemampuannya.
5. Mentalitas Pengabdian (I Petrus 5:2)
Gembalakanlah  kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan  sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari  keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.
Seorang  pengerja memilih dengan sadar satu bidang pelayanan yang akan  dilayaninya sebagai pelayanan. Pilihannya ini biasanya terkait erat  dengan ketertarikannya pada bidang itu, bahkan ada semacam rasa  keterpanggilan untuk mengabdi di bidang tersebut. Mula-mula, pilihan itu  dipengaruhi oleh bakat dan kemampuannya yang digunakannya sebagai dasar  melayani.
Pengabdian  yang bermula pada dasar pelayanan akan bertumbuh kembang seperti sebuah  hubungan cinta antara sang pekerja dengan pekerjaannya.
Hubungan  ini mirip dengan hubungan jejaka-gadis yang jatuh cinta. Semakin mereka  mengenal, rasa cinta makin kental, dan akhirnya mengokohkan hubungan  itu secara marital. Demikian juga seorang profesional, semakin ia  menekuni profesinya semakin timbul rasa cinta. Dan bila hatinya sudah  mantap betul maka ia memutuskan untuk hanya menekuni bidang itu sampai  tuntas dan menyatu padu dalam sebuah ikatan cinta yang kekal.  Demikianlah, seorang profesional mengabdi sepenuh cinta pada profesi  yang dipilihnya.
6. Mentalitas Kreatif (Efesus 1:17)
Dan  meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia  itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal  Dia dengan benar.
Rasul  Paulus mengatakan seorang olahragawan baru bisa meraih piala kemenangan  apabila mau berlatih dan memenuhi aturan aturan yang ditetapkan. Untuk  meraih kemenangan tidak melulu soal teknis, tetapi juga seni. Disinilah  dituntut kreatifitas dan inovasi dalam mencapai keberhasilan.
Seorang  pekerja profesional, sesudah menguasai kompetensi teknis di bidangnya,  berkembang terus ke tahap seni. Dia akan menemukan unsur seni dalam  pekerjaannya. Dia akan menghayati estetika dalam profesinya. Mata  hatinya terbuka lebar melihat kekayaan dan keindahan profesi yang  ditekuninya. Seterusnya, perspektif, keindahan, dan kekayaan ini akan  memicu kegairahan baru bagi sang profesional yang pada gilirannya  memampukannya menjadi pekerja kreatif, berdaya cipta, dan inovatif.
7. Mentalitas Etis - Moral (II Timotius 3:16)
Segala  tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk  menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik  orang dalam kebenaran.
Seorang  pengerja, sesudah memilih bidang pelayanannya, menerima semua  konsekuensi pilihannya, baik manis maupun pahit. Profesi apa pun pasti  terlibat menggeluti wacana moral yang relevan dengan profesi itu.  Misalnya pelayanan paduan suara menggeluti moralitas di seputar etika  tarik suara, profesi gembala menggeluti moralitas kehidupan, profesi  usher menggeluti moralitas keramah tamahan, begitu seterusnya dengan  profesi lain.
Maka  seorang profesional sejati tidak akan menghianati etika dan moralitas  profesinya demi kepuasan pribadi, uang atau kekuasaan.
Jika profesinya dihargai dan dipuji orang, dia juga akan menerimanya dengan wajar dan mengembalikan itu semua kepada Tuhan.
Pdm.Thomas Herry.
Sumber Tulisan:
LAI