Pelayanan kepada Tuhan adalah upaya ketulusan hati kita yg berkolaborasi dengan kekuatan iman untuk meresponi anugerah Allah yg sangat amat tidak terbatas. Tidaklah cukup membangun iman dan pelayanan dengan pembenaran diri berdasarkan ayat-ayat Alkitab. Sebab pelayanan yg tidak dibangun dengan konsep yg benar dan hati yang tulus, maka segala tindakan kita yang tampak benar dan suci justru dilakukan untuk mencobai Allah.
Tidak efektif atau monotonnya dinamika pelayanan kita terjadi manakala, rintangan rintangan besar yg disembunyikan iblis, kita anggap sebagai hal wajar atau malah dianggap remeh!
Belajarlah dari Tuhan Yesus menyelesaikan berbagai rintangan untuk tetap efektif ditengan pelayanan:
Yes. 2:2-3
2:2 Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir : gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, 2:3 dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya , dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem.
Umat Israel memiliki intepretasi (penafsiran) sekaligus menjadi pengharapan dan kepercayaan yg sangat kuat bahwa Mesias akan hadir di tengah-tengah bangsanya, secara teknik sang mesias akan muncul dari Bait Allah. Mesias ini diyakini sebagai kehadiran Allah secara langsung.
Apa yang pentingnya kehadiran mesias bagi bangsa Israel?
a. Seluruh pengajaran Allah akan disampaikan oleh MesiasNya di Bait Allah.
b. Saat Mesias hadir, Bait Allah atau Sion akan menjadi pusat yang mampu menarik umat Israel dan seluruh bangsa untuk berduyun-duyun mengunjunginya.
Sehingga jika Yesus bersedia sedikit atraktif dalam mengefektifkan pelayanannya, Dia dapat memanfaatkan momentun untuk naik ke atas bubungan Bait Allah, lalu Dia secara demontratif turun sambil disaksikan oleh umat, maka:
a. Gelar ke-Mesias-an Yesus segera diakui secara cepat dan meluas.
b. Umat yang berada di bawah Bait Allah akan segera mengelu-elukan Yesus, apalagi saat Yesus melompat turun Dia sama sekali tidak terluka.
Bukankah Allah sudah memberi jaminan penuh, bahwa Dia akan memerintahkan para malaikatNya untuk menatang Yesus dengan selamat (Mzm. 91:11-12).
Tampaknya metode dan gagasan Iblis tersebut dipenuhi oleh konsep teologis yang didukung oleh ayat-ayat Kitab Suci dan nubuat para nabi. Bila Yesus muncul dari bubungan Bait Allah, maka Bait Allah akan menjadi pusat ibadah seluruh bangsa. Dengan kata lain, isi nubuat Allah akan digenapi oleh Yesus bilamana Dia mengikuti tawaran Iblis.
Model pencobaan Yesus yg pertama: Self Supporting (pemenuhan kebutuhan pribadi)
Model pencobaan Yesus yg kedua : Distruction of Logic (Mengacaukan logika)
Model pencoaan yg ketiga: by pass to purpose (jalan pintas mencapai tujuan)
Godaan untuk melewatkan JALAN SALIB
Iblis hendak membelokkan Tuhan Yesus untuk tidak perlu menempuh jalan salib guna menebus dosa umat manusia. Tuhan Yesus tidak perlu repot-repot menempuh penderitaan dan kematian untuk mewujudkan karya keselamatan Allah. Sebab umat manusia sudah merasa puas dengan kehadiran dan menerima pengajaran tentang keselamatan dan kebenaran di Bait Allah.
Jikalau demikian, apa salahnya Yesus memenuhi permintaan Iblis dengan cara naik ke bubungan Bait Allah lalu melompat ke bawah disambut oleh umat?
BUkankah jaminan firman Allah dan tawaran Iblis tersebut terkesan sinkron dengan Alkitab?
Umat Israel dan umat manusia dari berbagai bangsa akan menyambut Yesus sebagai Mesias Allah.
Jadi betapa efektif dan logisnya metode yang ditawarkan oleh Iblis, yaitu Yesus cukup berdiri di bubungan Bait Allah lalu Dia melompat dengan selamat.
menciptakan ATRAKSI PELAYANAN sebagai jalan tercepat dan mudah untuk mencapai tujuan.
Dalam pelayanan kita, bukankah kita entah sadar atau tidak sadar sering kali juga menyukai metode tampil memukau (atraktif) di area pelayanan dan melihat hal-hal yang ajaib.
Dalam pelayanan, kita merasa sering berubah menjadi “kudus” dan berhasrat memamerkan hal-hal yang bersifat supra natural (mukjizat).
Sehingga tidak mengherankan jikalau tempat ibadat sering dimanipulasi untuk memperoleh pujian dan kemuliaan duniawi. Apalagi bila di tempat ibadat itu seseorang mampu mempraktekkan berbagai hal yang tampaknya ajaib, maka pastilah dia akan semakin disanjung.
Karena itu tidaklah mengherankan jikalau pendirian rumah ibadat dalam jumlah yang spektakuler tidak secara otomatis mampu mengubah kualitas moral kehidupan masyarakat di sekitarnya. malah justru kebalikkannya yang terjadi. Tempat-tempat ibadat yang semakin tersebar itu malahan menjadi tempat yang paling aman untuk menyembunyikan berbagai kemunafikan, kejahatan dan pembenaran diri.
Fungsi tempat pelayanan yang seharusnya mempermuliakan Allah sering berubah menjadi tempat untuk mempermuliakan dirinya sendiri. Begitu banyak orang di tempat ibadah yang berupaya untuk “mengilahkan dirinya” (mengkultus-individukan) dari pada “meng-Allah-kan Tuhan. Kita terus-menerus menggunakan nama Allah yang kudus untuk membenarkan berbagai perbuatan yang tercela.
Karena itulah Tuhan Yesus menegur Iblis dengan berkata: "Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" (Luk. 4:12).
Jawaban Tuhan Yesus yang berkata: “Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" tersebut kali ini memperhadapkan Iblis untuk menyadari jati-diri Yesus selaku Anak Allah.
Dalam hal ini Yesus bukan hanya Anak Allah dalam konsep teologis umat Israel, yakni seorang malaikat (Ayb. 1:6) atau orang yang diurapi; tetapi juga Dia adalah yang sehakikat dengan Allah. Karena Yesus sehakikat dengan Allah, maka Yesus mengetahui dengan persis tujuan utama dari godaan Iblis.
Sehingga Iblis tidak perlu menggunakan ayat-ayat Kitab Suci dan nubuat para nabi untuk membenarkan argumentasi teologisnya. Sebab pencobaan yang dilakukan Iblis kepada Yesus pada hakikatnya merupakan pencobaan terhadap diri Tuhan Allah sendiri.
Peristiwa pencobaan Tuhan Yesus di padang gurun selama 40 hari sebenarnya selain mengingatkan kita terhadap pencobaan yang dialami oleh manusia pertama dalam Kej. 3, juga mengingatkan kita akan pencobaan umat Israel selama mereka di padang gurun selama 40 tahun.
Namun satu hal yang jelas adalah manusia pertama yaitu Adam dan Hawa serta umat Israel gagal dalam menghadapi pencobaan di padang gurun. Sikap Adam dan Hawa memperlihatkan sikap pemberontakan untuk menjadi seperti Allah, dan umat Israel memberontak kepada Allah dengan sikap yang bersungut-sungut serta berpaling kepada ilah-ilah lain.
Selaku anak-anak Allah, mereka tidak menyikapi setiap pencobaan yang terjadi dengan sikap iman yang bersyukur, tetapi mereka mencoba untuk mencari kemuliaan dan kebenaran dirinya sendiri.
Tidaklah demikian sikap Tuhan Yesus. Walaupun Dia adalah Anak Allah,
Tuhan Yesus tidak menggunakan hakNya untuk bebas dari setiap cobaan dan jeratan Iblis. Tetapi
Tuhan Yesus melawan Iblis dengan sikap ketaatan dan kesetiaanNya kepada firman Allah.
Tuhan Yesus tidak pernah tergoda untuk menggunakan kekuasaan, wewenang dan pengaruhNya selaku Anak Allah untuk kepentingan diriNya sendiri. KuasaNya sebagai Anak Allah hanya digunakan oleh Tuhan Yesus untuk kesejahteraan dan keselamatan umat manusia.
Tuhan Yesus juga tetap mawas diri dan tidak tergoda untuk mengkompromikan antara kebenaran dengan kejahatan. Yang mana tujuanNya yang mulia tidak mau Dia capai dengan menyembah Iblis.
Tuhan Yesus juga tidak mengikuti kehendak Iblis untuk mencari popularitas diri dengan menggunakan Bait Allah. Bahkan Tuhan Yesus menolak untuk melakukan demonstrasi kuasa mukjizat dengan cara turun dari bubungan Bait Allah.
Sebagai hamba Tuhan.....
Kita juga manusia yg tidak akan kebal dengan berbagai godaan
Tidak ada cara lain yg lebih cepat, lebih gampang dan efektif selain kita hidup didalam FIRMANNYA.
Pelayanan kita setiap hari disegarkan, dihidupkan dan dibesarkan oleh karena firmanNya.
Tuhan Yesus yg mengajarkan kita, Dia tidak sekedar teriak-teriak dijalan untuk kita teladani namun Dia lebih dahulu merasakannya.
Tidak efektif atau monotonnya dinamika pelayanan kita terjadi manakala, rintangan rintangan besar yg disembunyikan iblis, kita anggap sebagai hal wajar atau malah dianggap remeh!
Belajarlah dari Tuhan Yesus menyelesaikan berbagai rintangan untuk tetap efektif ditengan pelayanan:
Yes. 2:2-3
2:2 Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir : gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, 2:3 dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya , dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem.
Umat Israel memiliki intepretasi (penafsiran) sekaligus menjadi pengharapan dan kepercayaan yg sangat kuat bahwa Mesias akan hadir di tengah-tengah bangsanya, secara teknik sang mesias akan muncul dari Bait Allah. Mesias ini diyakini sebagai kehadiran Allah secara langsung.
Apa yang pentingnya kehadiran mesias bagi bangsa Israel?
a. Seluruh pengajaran Allah akan disampaikan oleh MesiasNya di Bait Allah.
b. Saat Mesias hadir, Bait Allah atau Sion akan menjadi pusat yang mampu menarik umat Israel dan seluruh bangsa untuk berduyun-duyun mengunjunginya.
Sehingga jika Yesus bersedia sedikit atraktif dalam mengefektifkan pelayanannya, Dia dapat memanfaatkan momentun untuk naik ke atas bubungan Bait Allah, lalu Dia secara demontratif turun sambil disaksikan oleh umat, maka:
a. Gelar ke-Mesias-an Yesus segera diakui secara cepat dan meluas.
b. Umat yang berada di bawah Bait Allah akan segera mengelu-elukan Yesus, apalagi saat Yesus melompat turun Dia sama sekali tidak terluka.
Bukankah Allah sudah memberi jaminan penuh, bahwa Dia akan memerintahkan para malaikatNya untuk menatang Yesus dengan selamat (Mzm. 91:11-12).
Tampaknya metode dan gagasan Iblis tersebut dipenuhi oleh konsep teologis yang didukung oleh ayat-ayat Kitab Suci dan nubuat para nabi. Bila Yesus muncul dari bubungan Bait Allah, maka Bait Allah akan menjadi pusat ibadah seluruh bangsa. Dengan kata lain, isi nubuat Allah akan digenapi oleh Yesus bilamana Dia mengikuti tawaran Iblis.
Model pencobaan Yesus yg pertama: Self Supporting (pemenuhan kebutuhan pribadi)
Model pencobaan Yesus yg kedua : Distruction of Logic (Mengacaukan logika)
Model pencoaan yg ketiga: by pass to purpose (jalan pintas mencapai tujuan)
Godaan untuk melewatkan JALAN SALIB
Iblis hendak membelokkan Tuhan Yesus untuk tidak perlu menempuh jalan salib guna menebus dosa umat manusia. Tuhan Yesus tidak perlu repot-repot menempuh penderitaan dan kematian untuk mewujudkan karya keselamatan Allah. Sebab umat manusia sudah merasa puas dengan kehadiran dan menerima pengajaran tentang keselamatan dan kebenaran di Bait Allah.
Jikalau demikian, apa salahnya Yesus memenuhi permintaan Iblis dengan cara naik ke bubungan Bait Allah lalu melompat ke bawah disambut oleh umat?
BUkankah jaminan firman Allah dan tawaran Iblis tersebut terkesan sinkron dengan Alkitab?
Umat Israel dan umat manusia dari berbagai bangsa akan menyambut Yesus sebagai Mesias Allah.
Jadi betapa efektif dan logisnya metode yang ditawarkan oleh Iblis, yaitu Yesus cukup berdiri di bubungan Bait Allah lalu Dia melompat dengan selamat.
menciptakan ATRAKSI PELAYANAN sebagai jalan tercepat dan mudah untuk mencapai tujuan.
Dalam pelayanan kita, bukankah kita entah sadar atau tidak sadar sering kali juga menyukai metode tampil memukau (atraktif) di area pelayanan dan melihat hal-hal yang ajaib.
Dalam pelayanan, kita merasa sering berubah menjadi “kudus” dan berhasrat memamerkan hal-hal yang bersifat supra natural (mukjizat).
Sehingga tidak mengherankan jikalau tempat ibadat sering dimanipulasi untuk memperoleh pujian dan kemuliaan duniawi. Apalagi bila di tempat ibadat itu seseorang mampu mempraktekkan berbagai hal yang tampaknya ajaib, maka pastilah dia akan semakin disanjung.
Karena itu tidaklah mengherankan jikalau pendirian rumah ibadat dalam jumlah yang spektakuler tidak secara otomatis mampu mengubah kualitas moral kehidupan masyarakat di sekitarnya. malah justru kebalikkannya yang terjadi. Tempat-tempat ibadat yang semakin tersebar itu malahan menjadi tempat yang paling aman untuk menyembunyikan berbagai kemunafikan, kejahatan dan pembenaran diri.
Fungsi tempat pelayanan yang seharusnya mempermuliakan Allah sering berubah menjadi tempat untuk mempermuliakan dirinya sendiri. Begitu banyak orang di tempat ibadah yang berupaya untuk “mengilahkan dirinya” (mengkultus-individukan) dari pada “meng-Allah-kan Tuhan. Kita terus-menerus menggunakan nama Allah yang kudus untuk membenarkan berbagai perbuatan yang tercela.
Karena itulah Tuhan Yesus menegur Iblis dengan berkata: "Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" (Luk. 4:12).
Jawaban Tuhan Yesus yang berkata: “Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" tersebut kali ini memperhadapkan Iblis untuk menyadari jati-diri Yesus selaku Anak Allah.
Dalam hal ini Yesus bukan hanya Anak Allah dalam konsep teologis umat Israel, yakni seorang malaikat (Ayb. 1:6) atau orang yang diurapi; tetapi juga Dia adalah yang sehakikat dengan Allah. Karena Yesus sehakikat dengan Allah, maka Yesus mengetahui dengan persis tujuan utama dari godaan Iblis.
Sehingga Iblis tidak perlu menggunakan ayat-ayat Kitab Suci dan nubuat para nabi untuk membenarkan argumentasi teologisnya. Sebab pencobaan yang dilakukan Iblis kepada Yesus pada hakikatnya merupakan pencobaan terhadap diri Tuhan Allah sendiri.
Peristiwa pencobaan Tuhan Yesus di padang gurun selama 40 hari sebenarnya selain mengingatkan kita terhadap pencobaan yang dialami oleh manusia pertama dalam Kej. 3, juga mengingatkan kita akan pencobaan umat Israel selama mereka di padang gurun selama 40 tahun.
Namun satu hal yang jelas adalah manusia pertama yaitu Adam dan Hawa serta umat Israel gagal dalam menghadapi pencobaan di padang gurun. Sikap Adam dan Hawa memperlihatkan sikap pemberontakan untuk menjadi seperti Allah, dan umat Israel memberontak kepada Allah dengan sikap yang bersungut-sungut serta berpaling kepada ilah-ilah lain.
Selaku anak-anak Allah, mereka tidak menyikapi setiap pencobaan yang terjadi dengan sikap iman yang bersyukur, tetapi mereka mencoba untuk mencari kemuliaan dan kebenaran dirinya sendiri.
Tidaklah demikian sikap Tuhan Yesus. Walaupun Dia adalah Anak Allah,
Tuhan Yesus tidak menggunakan hakNya untuk bebas dari setiap cobaan dan jeratan Iblis. Tetapi
Tuhan Yesus melawan Iblis dengan sikap ketaatan dan kesetiaanNya kepada firman Allah.
Tuhan Yesus tidak pernah tergoda untuk menggunakan kekuasaan, wewenang dan pengaruhNya selaku Anak Allah untuk kepentingan diriNya sendiri. KuasaNya sebagai Anak Allah hanya digunakan oleh Tuhan Yesus untuk kesejahteraan dan keselamatan umat manusia.
Tuhan Yesus juga tetap mawas diri dan tidak tergoda untuk mengkompromikan antara kebenaran dengan kejahatan. Yang mana tujuanNya yang mulia tidak mau Dia capai dengan menyembah Iblis.
Tuhan Yesus juga tidak mengikuti kehendak Iblis untuk mencari popularitas diri dengan menggunakan Bait Allah. Bahkan Tuhan Yesus menolak untuk melakukan demonstrasi kuasa mukjizat dengan cara turun dari bubungan Bait Allah.
Sebagai hamba Tuhan.....
Kita juga manusia yg tidak akan kebal dengan berbagai godaan
Tidak ada cara lain yg lebih cepat, lebih gampang dan efektif selain kita hidup didalam FIRMANNYA.
Pelayanan kita setiap hari disegarkan, dihidupkan dan dibesarkan oleh karena firmanNya.
Tuhan Yesus yg mengajarkan kita, Dia tidak sekedar teriak-teriak dijalan untuk kita teladani namun Dia lebih dahulu merasakannya.