Cerita, "Cukup Itu Barapa?"
Seketika  si petani  terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan  hidungnya.  Diambilnya beberapa ember untuk menampung uang kaget itu.  Setelah  semuanya penuh, dibawanya ke gubug mungilnya untuk disimpan  disana.  Kucuran uang terus mengalir sementara si petani mengisi semua   karungnya, seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh rumahnya. Masih   kurang! Dia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya. Belum   cukup, dia membiarkan mata air itu terus mengalir hingga akhirnya petani   itu mati tertimbun bersama ketamakannya karena dia tak pernah bisa   berkata cukup.
~~~
Sahabatku, Kata yang  paling sulit  diucapkan oleh manusia barangkali adalah kata "cukup".  Kapankah kita  bisa berkata cukup? Hampir semua pegawai merasa gajinya  belum bisa  dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya. Pengusaha hampir  selalu merasa  pendapatan perusahaannya masih dibawah target. Istri  mengeluh suaminya  kurang perhatian. Suami berpendapat istrinya kurang  pengertian.  Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati. Semua  merasa kurang  dan kurang. Kapankah kita bisa berkata cukup?
Cukup bukanlah soal berapa jumlahnya.
Cukup adalah persoalan kepuasan hati.
Cukup   hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa mensyukuri. Tak perlu takut   berkata cukup. Mengucapkan kata cukup bukan berarti kita berhenti   berusaha dan berkarya. "Cukup" jangan diartikan sebagai kondisi   stagnasi, mandeg dan berpuas diri.
Mengucapkan kata cukup membuat kita melihat apa yang telah kita terima, bukan apa yang belum kita dapatkan.
Jangan   biarkan kerakusan manusia membuat kita sulit berkata cukup. Belajarlah   mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka  kita  akan menjadi manusia yang berbahagia.
Belajarlah untuk berkata "Cukup".