Keberhasilan dalam pelayanan adalah nilai yg tidak boleh dianggap kecil, keberhasilan adalah indikator efektivitas hidup, daya juang dan kreativitas untuk terus berkarya. Namun menempatkan keberhasilan sebagai tujuan dengan mengabaikan CARA atau METODE mencapainya adalah bentuk kebohongan yg sedang kita tawarkan untuk meyakinkan orang lain tentang potensi diri.
Mencampur adukkan antara warna hitam dan putih bagi terbentuknya sebuah nilai kreasi adalah realita kompromi yg sering terjadi ditengah pelayanan.
Bagaimanakah kita dapat bersikap tegas dan keras dengan DIRI SENDIRI untuk berkata TIDAK pada kesalahan dan berkata YA pada KEBENARAN ?
Belajarlah pada Tuhan Yesus yg berhasil mematahkan siasat jahat dari iblis!
Lukas. 4:6-7
Iblis berkata: "Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki. Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu".
Salah satu tujuan kedatangan Tuhan Yesus ke dalam dunia adalah menghadirkan pemerintahan Allah yang penuh damai-sejahtera dalam kehidupan manusia.
Logikanya, Yesus akan dapat memerintah dan mengendalikan kehidupan umat manusia jika Dia juga menguasai kerajaan dunia. Sebab bilamana Tuhan Yesus memiliki kerajaan dunia, maka Dia dapat mengatur dan menerapkan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam kehidupan manusia.
Bilamana Tuhan Yesus dapat memiliki kerajaan dunia, maka Dia akan mampu mengendalikan perang, menciptakan perdamaian, dan meningkatkan kesejahteraan hidup umat manusia.
Model pencobaan Yesus yg pertama: Self Supporting (pemenuhan kebutuhan pribadi)
Model pencobaan Yesus yg kedua : Distruction of Logic (Mengacaukan logika)
Apa salahnya jikalau Iblis menawarkan kepada Yesus untuk memiliki kerajaan dunia.
Yang mana untuk tujuan itu Yesus cukup satu kali saja menyembah Iblis.
Dalam pencobaan ini, sebenarnya Iblis memperhadapkan Yesus dengan “distraction of logic” (kebingungan logika). Iblis menawarkan kepada Yesus suatu solusi yang efektif untuk menyelesaikan misiNya selaku Anak Allah, yaitu menciptakan perdamaian dalam genggaman tanganNya. Tetapi dengan syarat, Yesus harus bersedia untuk menyembah Iblis cukup satu kali saja.
Bukankah untuk menciptakan perdamaian di antara 2 belah pihak yang konflik, para penguasa juga akan melakukan upaya diplomasi “win-win solution”. Bilamana Yesus menyenangkan hati Iblis dengan menyembahnya, sebagai upahnya Yesus memiliki kerajaan dunia di tanganNya – maka bukankah tidak ada pihak yang dirugikan. I
a. Iblis tersanjung,
b. Yesus menjadi penguasa kerajaan dunia sehingga dunia menjadi tenteram dan sejahtera.
Pola penyelesaian yang ditawarkan oleh Iblis tampak cukup adil dengan “win-win solution”. Tetapi secara esensial gagasan selalu menimbulkan “distraction of logic” (kebingungan atau kekacauan logika). Gagasan dan solusi Iblis berupaya untuk mencampurkan apa yang suci dengan yang haram, atau hal yang mulia dan hal yang sangat hina. Iblis ingin agar manusia mampu membuat sintesa (tiruan) dari hal yang baik dengan hal yang jahat.
Bagaimanakah mungkin manusia dapat mewujudkan kerajaan dunia yang damai, sementara pada saat yang sama mengingkari iman kepada Allah.
Dari pola gagasan lblis tersebut lahirlah “kebijaksanaan kompromi”, “hikmat yang sinergis (tidak berlawanan dengan logika)”, dan “diplomasi yang adil”. Sehingga Yesus digiring oleh Iblis kepada nilai tujuan atau misiNya yang luhur. Yang penting Yesus mampu mewujudkan misi kesejahteraan dan pendamaian dalam kehidupan umat manusia.
Mengapa kita harus terlalu mempersoalkan cara atau metodenya ?
Apa untungnya cara dan metode yang benar tetapi tidak berhasil mencapai suatu tujuan.?
Konsep inilah disebut dengan keputusan etis yang teleologis, yaitu keputusan yang didasarkan kepada nilai tujuan yang hendak dicapai.
Tuhan Yesus memberi jawaban kepada Iblis, yaitu: "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" (Luk. 4:8).
Bagi Tuhan Yesus, bagaimanapun luhur dan mulia suatu tujuan, tetapi bilamana ditempuh dengan cara yang sesat atau mengingkari iman kepada Allah adalah jahat. Nilai tujuan ditentukan oleh cara pencapaian.
Apakah cara yang digunakan sungguh-sungguh etis dan benar secara teologis. Sehingga iming-iming Iblis yang akan memberikan kerajaan dunia tetapi dengan menyembah Iblis adalah suatu kebohongan dan penipuan.
Ketahuilah....dunia yang damai dan sejahtera tidak mungkin dapat dibangun atas dasar pengingkaran iman kepada ke-Tuhan-an Allah. Tepatnya dunia menjadi kacau-balau, rusak dan berada dalam kehancuran karena dunia mengingkari kedaulatan dan kekuasaan Allah sebagai Tuhan. Bukankah kehidupan kita juga menjadi penuh derita, kesakitan, perselisihan dan kebencian karena kita sering memberi tempat “sedikit” saja kepada Iblis?
Iblis mempropagandakan" Tidak ada yg Kalah: semua Menang , semua Untung" namun dengan catatan: kita harus menundukkan diri dalam otoritasnya.
Pelayanan kepada Tuhan bersifat absolut, kita tidak punya alasan sedikitpun untuk mengikuti gagasan Iblis dalam mencampur hal yang baik dan jahat .
Keberhasilan dalam pelayanan kita sepenuhnya adalah anugerah yg dikendalikan sepenuhnya oleh otoritas Allah.
Jangan memaksa Tuhan untuk memajukan agenda keberhasilan, sementara Dia sedang bekerja dan merancangkan perkara yg jauh lebih besar dari model keberhasilan yg kita pikirkan!
Sahabat....
Mungkin saja orang lain, pemimpin, sponsor, jemaat atau komunitas kita tidak melihat atau salah menilai perkara baik yg telah kita kerjakan dengan sungguh-sungguh dalam pelayanan.
Namun satu hal,
Percayalah bahwa segala jerih lelah, keringat dan tetesan air mata kita dalam bekerja melayani Dia selalu dihitungNya secara teliti. Allah pasti memberikan upah keberhasilan plus kebagahiaan bagi mereka yg mengoperasikan pekerjaanNya dengan cara yang BENAR, AMIN