Diskusi Konsep Mengejar NILAI atau tampilkan MUTU Pelayanan
Menilai kualitas bangunan dari perspektik estetika saja (indah , megah dan modern) akan membiaskan obyektivitas untuk berhenti menilai: seberapa KOKOH dan BERAPA LAMA DAYA TAHAN bangunan tersebut terhadap goncangan.
Lebih dari sekedar mendapat penilaian tetapi mengedepankan aspek kualitas dalam membangun. Tuhan tidak menilai bangunan luar (interior & eksterior) yg indah dan megahnya pelayanan yg kita bangun, bahkan Tuhan seringkali harus mendesak kita untuk segera MEROBOHKAN konstruksi KEINDAHAN yg dibangun diatas PONDASI YG RAPUH.
Bagaimanakah seharusnya kita membangun kualitas pelayanan yg selaras dengan harapan Tuhan ?
Kuasa Kebangkitan Kristus merekonstruksi pengabdian pelayanan yg sepantasnya kita berikan kepadaNya!
Yohanes 21: 15 - 19
Kata "Gembalakanlah domba-dombaku" menunjukkan pada area pelayanan yg dipercayakan kepada kita, sebagai orang-orang biasa tanpa didahului dengan syarat-syarat kompetensi teologis dan akademis yg populer ditengah tuntutan pelayanan masa kini.
Mengapa Tuhan demikian berkeringat mengejar dan hendak menangkap Petrus untuk menginvestasikan hidupnya bagi pelayanan pekerjaan Tuhan?
Apakah Tuhan Yesus telah menemukan syarat-syarat kelayakan hidupnya untuk dapat dipakai sebagai alatNya?
Apakah Petrus telah memenuhi kualifikasi sebagai seorang Pekerja Kristus yg Ideal?
Mari kita perhatikan perjalanan Petrus mulai saat ia dipanggil Tuhan Yesus!
1. Apakah Tuhan Yesus menemukan Kualifikasi Intelektual: (Markus 1:16-18)
1:16 Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. 1:17 Yesus berkata kepada mereka:"Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." 1:18 Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.
Jika pelayanan mensyaratkan orang untuk lebih dahulu memiliki pengalaman dan kompetensi intelektual yg tinggi maka Petrus adalah orang pertama yg seharusnya tidak punya hak untuk bekerja diarea pelayanan. Karena kita tidak menemukan latar belakang, pengalaman maupun kecakapan akademis yg cocok dengan kebutuhan pelayanan. Petrus dipanggil Tuhan saat ia bekerja sebagai nelayan: keahlian apa yg dapat direbut dari seorang pencari ikan dilaut yg kesehariannya bergulat dengan jala, perahu, ikan dan membaca iklim.
Dia adalah orang awam yg tidak terpelajar, bukan orator, bukan theolog , ia hanya seorang yg BERSEDIA MENERIMA PANGGILAN TUHAN.
2. Apakah Tuhan Yesus menemukan Kualifikasi Moral: (Markus 14 :27-29)
14:27 Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Kamu semua akan tergoncang imanmu. Sebab ada tertulis: Aku akan memukul gembala dan domba-domba itu akan tercerai-berai. 14:28 Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea. " 14:29 Kata Petrus kepada-Nya: "Biarpun mereka semua tergoncangimannya, aku tidak
14:31 Tetapi dengan lebih bersungguh-sungguh Petrus berkata: "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." Semua yang lainpun berkata demikian juga.
Pernyataan Petrus ini sama sekali tidak terbukti dalam tindakan nyata.
Ia dapat dilihat secara telanjang sebagai orang yg pengecut, tidak berani mengiring Tuhan Yesus dari dekat saat Tuhan Yesus berada pada zona penderitaan, Ia lari saat dianggap sebagai bagaian dari murid Yesus. Tidak punya loyalitas (kesetiaan), tidak punya integritas (keteguhan hati) bahkan dengan cepat berubah setia.
Seorang yg emosional, meledak ledak temperamennya, cepat bicara berpikir belakangan, mudah berjanji, pamer kekuatan tapi hanya omong kosong.
Kualitas kebaikan apakah yg hendak kita harapkan dari seorang yg bernama Petrus?
3. Apakah Tuhan Yesus menemukan Kualifikasi Spiritual: (Markus 14 :66-72)
Alkitab mencatatnya secara eksplisit bahkan memberinya thema secara khusus tentang peristiwa penting yg melibatkan dirinya yaitu: "Petrus menyangkal Yesus"
Petrus bukan saja menampilkan diri sebagai sosok yg berani melawan fakta yg disampaikan Gurunya bahkan ia nekat berargumentasi dengan bantahan yg bernada menyangkal, mengutuk dan bersumpah. Dan pengalaman itu tidak dilakukan secara spontan atau tidak sengaja (keprucut: salah omong) Terbukti ia melakukan bantahan sebanyak tiga kali berturut-turut.
Semakin nyata bahwa penilaian Tuhan Yesus sangatlah kontras dengan logika kita. Sekali lagi kita tidak menemukan syarat-syarat yg memadai untuk dilibatkan dalam pekerjaan besar pelayanan. Namun Tuhan Yesus seolah-olah tetap mengincar dan mendesak Petrus mengambil peran yg sangat vital melalui hidupnya.
Kepercayaan Tuhan Yesus kepada Petrus untuk melayani Tuhan sama sekali tidak bersentuhan dengan kualifikasi moral dan kompetensi intelektual-nya. Justru pada saat itu semua yg menjadi penilaian keindahan manusia menjadi luruh, tidak berharga, ia telah menjadi PRODUK GAGAL.
Penghargaan pelayanan yg diberikan Tuhan Yesus kepada Petrus SANGAT KONTRAS dengan realita yg mengharuskan dipenuhinya berbagai syarat dalam pelayanan yg efektif.
Memiliki kompetensi moral, kompetensi intelektual dan kompetensi manajerial.
Perjumpaan pribadi Tuhan Yesus disaat Kebangkitan kembali menjelaskan situasi yg lebih nyata, siapakah sebenarnya Petrus.
1. Kondisi imannya yg sudah berubah: (Yohanes 21:20)
"Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?
Bandingkan Matius 16:18
Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat -Ku dan alam maut tidak akan menguasainya .
Tuhan Yesus pasti tidak lupa dengan pemberian nama baru kepada Simon yg diubah menjadi nama Petrus . Petrus yg berarti batu karang yg kokoh, tidak mudah goyah tahan goncangan. Namun kali ini Dia memanggilnya dengan sebutan Simon (ini panggilan lama, masa lalu): yg berarti; buluh yg lemah, mudah diterpa angin. Singkat kata, sudah terjadi demoralisasi (penurunan) kualitas iman yg sangat dalam, Pasti panggilan ini menyentak hati Petrus untuk membuatnya sadar bahwa seharusnya SAYA tidak layak untuk membangun iman orang lain sementara imannya sendiri terbukti terkulai lemas seperti buluh.
2. Tentang potensi pelayanannya:
Petrus adalah orang yg kagum dengan potensi dirinya sendiri sehingga ia selalu mencari momentun untuk pamer kebolehan didepan orang lain.
Petrus seperti seorang yang masih muda yang cenderung selalu mengikuti kehendaknya sendiri. Dia mengikuti apa yang menjadi kemauannya sendiri. Ia menjadi pribadi yg terlalu percaya diri akan kekuatan dan kemampuannya sendiri. Namun janji keberaniannya ternyata palsu belaka, ia menjadi sangat takut ketika berhadapan dengan bahaya yg akan menyeret kenyamanan dirinya. Ia bukanlah hamba Tuhan yg setia dalam pengabdiannya.
Jika memperhatikan seluruh track record (rekam jejak) Petrus pastilah kita kehabisan akal untuk melihat korelasi iman, karakter, pengalaman, kecakapan, intelektual dengan tuntutan pelayanan.
Bagaimana perspektif Tuhan dapat melihat Petrus yg hanya menonjol dimensi tampilan kulit luar, unjuk kekuatan phisik dan omong besar tetapi TETAP DIPERCAYA sebagai pekerja Kristus yg luar biasa bahkan sebagai RASUL YESUS KRISTUS!
Perjumpaan Tuhan Yesus secara pribadi dengan Petrus ini hendak menegaskan tentang cara mengkonstruksi pelayanan yg kokoh:
A. Pelayanan merupakan panggilan yg KHUSUS ( istimewa).
Sesudah peristiwa kebangkitan, Petrus adalah murid pertama yg paling dicari Tuhan Yesus.
Petrus adalah murid yg di beri kesempatan pertama berinteraksi secara personal dengan tubuh Kebangkitan.
Diulangi lagi dalam Yohanes 21: 15 -
Tuhan menegaskan kepercayaanNya yg tidak pupus hanya karena kegagalan masa lampau. Kehormatan secara pribadi tetap diberikan kepada Petrus dengan segala keberadaannya untuk menggembalakan domba-dombaNya. Perhatikan kekuatan panggilan Allah yg tak bisa ditahan oleh kondisi apapun: kegagalan, kelemahan dan dosa Allah bersedia membereskan supaya kita tetap berada pada ZONA PANGGILANNYA.
Sekali Allah memanggil kita, godaan dapat menyeretnya kemanapun dunia mau bawa. Namun kekuatan kehendak dan kasihNya tidak pernah kehabisan cara untuk mengembalikan kita pada jalanNya.
Kemana kita mau berlari meninggalkan panggilanNya?
Sesaat mungkin saja kita dapat silau dengan kemegahan dunia. Kita menjadi pribadi yg sangat terpukau dengan kenikmatan yg bertebarkan pesona kesenangan, kebebasan menggunakan harta, beria-ria dalam kemewahan, menariknya jabatan politik, luar biasanya kekuasaan, betapa melambungnya jiwa saat beroleh pujian akan popularitas dan sukses material. Nyaris tidak tersimpan rasa kekaguman dalam melayani Tuhan yg serba terbatas dan penuh gelora derita. Tak ingin lagi kembali menghambakan diri untuk pengabdian yg berbayarkan kesukarelaan.
Namun, saat Tuhan Yesus kembali memanggilnya... sanggupkah kita menyisakan secercah hati untuk tetap melekatkan diri pada dunia ini dengan segala kemegahannya?
Tidak ada kekuatan besar apapun yg dapat mencegahnya, bahkan DOSA yg bertumpuk sampah kerusakan, kegagalan, kehancuran, kenistaan hidup...masih dipungutNya. Diangkatnya lagi hidup kita yg menjadi tidak berharga dan terbuang. Diberinya kepercayaan lagi. Diberinya kehormatan lagi untuk kembali menikmati Kasih dan KuasaNya dalam melayani Dia.
Sungguh hanya karena AnugerahNya saja kita boleh melayaniNya.
Tidak ada kebanggan diri yg dapat kita propagandakan dan
Tidak kelemahan diri yg boleh menggagalkan pangggilan pelayanan kepadaNya.
B. Pelayanan merupakan Ekspresi Kasih
Jika persyaratan moral, etika, intelektual, pengalaman manejerial tidak dibahas sama sekali dalam pembicaraan sebagai pra-syarat pelayanan namun topik yg satu ini dibahas panjang lebar, dianggap paling vital, karena menjadi motor dari segala dinamika pelayanan yang bernilai. tuntutan kasih dalam pelayanan
‘apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini’.
‘more than these’ (= lebih dari ini).
Kata ‘these’ ini bisa menunjuk kepada ikan-ikan dan pekerjaan menjala ikan, atau kepada para murid yang lain.
Kata ‘these’
dapat diterjemahakan beragam:
a. Jenis kelamin netral, dan menunjuk kepada ‘hal-hal ini’ - perahunya, peralatan memancingnya, dan pekerjaannya; Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari engkau mengasihi benda-benda ini? Apakah engkau mau, dari kasih kepadaKu, untuk meninggalkan semua ini, dan pergi dan memberitakan InjilKu kepada bangsa-bangsa di bumi?
b. Jenis kelamin laki-laki, dan menunjuk kepada rasul-rasul. Dalam arti yang pertama artinya adalah: ‘Apakah engkau mengasihiKu lebih dari pada rasul-rasul yang lain ini mengasihiKu?’. Dalam pertanyaan ini Yesus menunjuk pada pengakuan kasih yang lebih tinggi kepadaNya yang Petrus buat sebelum kematianNya.
Kesediaan Petrus dalam mengungkapkan kasih kepada Allah walaupun sejujurnya hanya dalam kualitas PHILIA (persahabatan) bukan AGAPE namun Tuhan Yesus tetap memberikan apresiasi yg sama yaitu Gembalakanlah-domba-dombaKu.
Tuntutan kasih Agape sebanyak tiga kepada Petrus dan selalu dijawab dengan kasih Philia menunjukkan kejujuran diri kita yg sering tidak sanggup memanifestasikan kasih Agape kepada Allah. Allah menghargai kejujuran kasih kita kepadanya sebagai syarat yg memadai untuk boleh dipercayai untuk menggemsabalakan domba-dombaNya.
Tuhan Yesus dapat enerima kulaitas kasih philia Petrus karena Dia sanggup mengubah kuliatas kasih kita menjadi kasih agape. Kasih agape Petrus terbukti dalam qua vadis
Menurut sejarah gereja menceritakan bahwa: Petrus meninggalkan kota Roma, melarikan diri karena tidak- tega melihat begitu banyak siksaan, aniaya yang dilakukan bangsa Romawi terhadap jemaat Kristen. Petrus hendak lari dari pembantaian bagi para pengikutnya yang setiap hari ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri Pria maupun wanita, tua muda, maupun anak-anak yang mengaku diri pengikut Knstus harus bertarung melawan singa untuk mempertahankan hidup. Bisa dibayangkan, kita melihat singa kenyang, tidur saja takut, apalagi melihat singa lapar diberi umpan, dan umpannya adalah manusia, Rasanya hampir tidak ada yang luput dari sergapan singa lapar itu, bisa dipastikan tidak ada seorangpun yang hidup. Maka, wajar kalau Petrus tidak tahan menyaksikan hal dan mengambil keputusan meninggalkan kota Roma saja.
Tetapi apa yang terjadi? Ketika ia sudah ada diluar kota, la tiba-tiba bertemu dengan Yesus yang sedang memanggul salibNya. Dalam keterkejutannya Petrus bertanya kepada Yesus: "Quo Vadis, Domine?" artinya: "Tuhan mau kemana? " Yesus menjawab: "Aku hendak ke Roma untuk disalibkan sekali lagi disana!". Mendengar jawaban Yesus itu Petrus terkejut, merasa terpukul hatinya, maka tanpa pikir panjang kembali lagi ke Roma. Petrus meninggal dengan cara seperti Yesus disana, yaitu disalibkan. Tetapi Petrus merasa tidak sepantasnya meninggal seperti gurunya, maka ia meminta disalibkan tetapi kepalanya dibawah
C. Pelayanan Berpusat Pada Kepentingan Kristus
Kata: "gembalakanlah domba-domba - Ku" secara khusus :"KU" harus diterjemahkan sebagai mengelola pelayanan sebagai MILIK Tuhan, bukan milik DIRI SENDIRI.
Pelayanan yg dibangun dengan konstruksi yg dipusatkan pada Kristus:
a. Berkaitan dengan HAK yg layak diberikan kepada Kristus
Status kepemimpinan kita dalam komunitas jemaat bukanlah menempatkan kita sebagai PEMILIK tetapi PENGELOLA (Stewardship) : gembala, penyedia, pemelihara, dan pemberi makan, karena domba-domba adalah milik Kristus.
Eksistensi jemaat bukan domba milik pendeta, tetapi domba milik Kristus. Jadi satire (sindiran) ‘pendeta itu mencuri domba-dombaku’ hanyalah ekspresi nilai rasa yang tidak berdasar .
Gereja didirikan bukan seperti buka warung kopi, sehingga kehadiran rekan sekerja dalam pelayanan tidak boleh dianggap sebagai rivalitas namun mitra kerja. Kalau ada pembukaan gereja dalam radius berdekatan waaaah....hatinya berkobar dengan curiga dan kekuatiran karena takut dombanya lari tetapi kalau ada gereja yg ditutup hatinya lega berbunga-bunga karena dimungkinkan bertambahnya domba-domba baru dari tetangga dekat....eh ngawur.
Tidak ada hak dalam diri kita untuk memiliki SESUATU yg menjadi milik Allah.
pelayanan tidak dalam kapasitas merebut hak Allah untuk memiliki jiwa manusia menjadi mereka yg terpenjara dalam kuasa kita.
b. Berkaitan dengan FUNGSI
Kata ‘gembalakanlah’ dalam ay 15,17 adalah BOSKE, yang arti hurufiahnya adalah ‘feed’ = berilah makan.
Kata "gembalakanlah" dalam ay 16 digunakan kata POIMAINE, yang secara hurufiah berarti ‘tend’ = uruslah / peliharalah / rawatlah) atau ‘shepherd’ = gembalakanlah
Tugas seorang gembala adalah untuk memberi makan, menyehatkan, melayani dan memasok seluruh kebutuhan jiwa
Pelayanan itu bukan gengsi tetapi fungsi, pelayanan itu berorientasi pada kerja, pengabdian sampai pada tingkat perhatian kepada mereka yg lemah. Pemimpin jemaat berarti adalah seorang motivator yg menguatkan, seorang dokter yg menyehatkan, seorang manejer yg mengelola, seorang gembala yg selalu dekat dengan dombanya mengenalnya satu persatu bahkan bau badannya pun seperti bau domanya......
Pelayan bukanlah usaha untuk menggemukkan diri sendiri dengan mendapatkan sebanyak mungkin dari orang yg kita layani. Pelayanan justru disetting oleh Allah untuk memberikan secara total hidup kita untuk mereka.
Kita tidak perlu malu untuk menyadari dan mengubah berbagai rekam jejak yg salah dalam pelayanan.
Tidak sepantasnya kita menjadikan wilayah pelayanan sebagai kerajaan bisnis yg hanya dengan tujuan untuk membuat mudah dan hidup enak , bahkan menggunakan nama Tuhan atau pekerjaan Tuhan sebagai alasan pembenar sikap kita.
Pelayanan seharusnya diekspresikan sebagai kekaguman kita kepada Tuhan yg bekerja secara ajaib dalam kita bukan kekaguman kita sendiri yg sanggup bekerja untuk Tuhan.
Spirit Kebangkitan Kristus adalah spirit perubahan!
(The Spirit of Resurrection is The Spirit of Change)
Menilai kualitas bangunan dari perspektik estetika saja (indah , megah dan modern) akan membiaskan obyektivitas untuk berhenti menilai: seberapa KOKOH dan BERAPA LAMA DAYA TAHAN bangunan tersebut terhadap goncangan.
Lebih dari sekedar mendapat penilaian tetapi mengedepankan aspek kualitas dalam membangun. Tuhan tidak menilai bangunan luar (interior & eksterior) yg indah dan megahnya pelayanan yg kita bangun, bahkan Tuhan seringkali harus mendesak kita untuk segera MEROBOHKAN konstruksi KEINDAHAN yg dibangun diatas PONDASI YG RAPUH.
Bagaimanakah seharusnya kita membangun kualitas pelayanan yg selaras dengan harapan Tuhan ?
Kuasa Kebangkitan Kristus merekonstruksi pengabdian pelayanan yg sepantasnya kita berikan kepadaNya!
Yohanes 21: 15 - 19
Kata "Gembalakanlah domba-dombaku" menunjukkan pada area pelayanan yg dipercayakan kepada kita, sebagai orang-orang biasa tanpa didahului dengan syarat-syarat kompetensi teologis dan akademis yg populer ditengah tuntutan pelayanan masa kini.
Mengapa Tuhan demikian berkeringat mengejar dan hendak menangkap Petrus untuk menginvestasikan hidupnya bagi pelayanan pekerjaan Tuhan?
Apakah Tuhan Yesus telah menemukan syarat-syarat kelayakan hidupnya untuk dapat dipakai sebagai alatNya?
Apakah Petrus telah memenuhi kualifikasi sebagai seorang Pekerja Kristus yg Ideal?
Mari kita perhatikan perjalanan Petrus mulai saat ia dipanggil Tuhan Yesus!
1. Apakah Tuhan Yesus menemukan Kualifikasi Intelektual: (Markus 1:16-18)
1:16 Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. 1:17 Yesus berkata kepada mereka:"Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." 1:18 Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.
Jika pelayanan mensyaratkan orang untuk lebih dahulu memiliki pengalaman dan kompetensi intelektual yg tinggi maka Petrus adalah orang pertama yg seharusnya tidak punya hak untuk bekerja diarea pelayanan. Karena kita tidak menemukan latar belakang, pengalaman maupun kecakapan akademis yg cocok dengan kebutuhan pelayanan. Petrus dipanggil Tuhan saat ia bekerja sebagai nelayan: keahlian apa yg dapat direbut dari seorang pencari ikan dilaut yg kesehariannya bergulat dengan jala, perahu, ikan dan membaca iklim.
Dia adalah orang awam yg tidak terpelajar, bukan orator, bukan theolog , ia hanya seorang yg BERSEDIA MENERIMA PANGGILAN TUHAN.
2. Apakah Tuhan Yesus menemukan Kualifikasi Moral: (Markus 14 :27-29)
14:27 Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Kamu semua akan tergoncang imanmu. Sebab ada tertulis: Aku akan memukul gembala dan domba-domba itu akan tercerai-berai. 14:28 Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea. " 14:29 Kata Petrus kepada-Nya: "Biarpun mereka semua tergoncangimannya, aku tidak
14:31 Tetapi dengan lebih bersungguh-sungguh Petrus berkata: "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." Semua yang lainpun berkata demikian juga.
Pernyataan Petrus ini sama sekali tidak terbukti dalam tindakan nyata.
Ia dapat dilihat secara telanjang sebagai orang yg pengecut, tidak berani mengiring Tuhan Yesus dari dekat saat Tuhan Yesus berada pada zona penderitaan, Ia lari saat dianggap sebagai bagaian dari murid Yesus. Tidak punya loyalitas (kesetiaan), tidak punya integritas (keteguhan hati) bahkan dengan cepat berubah setia.
Seorang yg emosional, meledak ledak temperamennya, cepat bicara berpikir belakangan, mudah berjanji, pamer kekuatan tapi hanya omong kosong.
Kualitas kebaikan apakah yg hendak kita harapkan dari seorang yg bernama Petrus?
3. Apakah Tuhan Yesus menemukan Kualifikasi Spiritual: (Markus 14 :66-72)
Alkitab mencatatnya secara eksplisit bahkan memberinya thema secara khusus tentang peristiwa penting yg melibatkan dirinya yaitu: "Petrus menyangkal Yesus"
Petrus bukan saja menampilkan diri sebagai sosok yg berani melawan fakta yg disampaikan Gurunya bahkan ia nekat berargumentasi dengan bantahan yg bernada menyangkal, mengutuk dan bersumpah. Dan pengalaman itu tidak dilakukan secara spontan atau tidak sengaja (keprucut: salah omong) Terbukti ia melakukan bantahan sebanyak tiga kali berturut-turut.
Semakin nyata bahwa penilaian Tuhan Yesus sangatlah kontras dengan logika kita. Sekali lagi kita tidak menemukan syarat-syarat yg memadai untuk dilibatkan dalam pekerjaan besar pelayanan. Namun Tuhan Yesus seolah-olah tetap mengincar dan mendesak Petrus mengambil peran yg sangat vital melalui hidupnya.
Kepercayaan Tuhan Yesus kepada Petrus untuk melayani Tuhan sama sekali tidak bersentuhan dengan kualifikasi moral dan kompetensi intelektual-nya. Justru pada saat itu semua yg menjadi penilaian keindahan manusia menjadi luruh, tidak berharga, ia telah menjadi PRODUK GAGAL.
Penghargaan pelayanan yg diberikan Tuhan Yesus kepada Petrus SANGAT KONTRAS dengan realita yg mengharuskan dipenuhinya berbagai syarat dalam pelayanan yg efektif.
Memiliki kompetensi moral, kompetensi intelektual dan kompetensi manajerial.
Perjumpaan pribadi Tuhan Yesus disaat Kebangkitan kembali menjelaskan situasi yg lebih nyata, siapakah sebenarnya Petrus.
1. Kondisi imannya yg sudah berubah: (Yohanes 21:20)
"Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?
Bandingkan Matius 16:18
Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat -Ku dan alam maut tidak akan menguasainya .
Tuhan Yesus pasti tidak lupa dengan pemberian nama baru kepada Simon yg diubah menjadi nama Petrus . Petrus yg berarti batu karang yg kokoh, tidak mudah goyah tahan goncangan. Namun kali ini Dia memanggilnya dengan sebutan Simon (ini panggilan lama, masa lalu): yg berarti; buluh yg lemah, mudah diterpa angin. Singkat kata, sudah terjadi demoralisasi (penurunan) kualitas iman yg sangat dalam, Pasti panggilan ini menyentak hati Petrus untuk membuatnya sadar bahwa seharusnya SAYA tidak layak untuk membangun iman orang lain sementara imannya sendiri terbukti terkulai lemas seperti buluh.
2. Tentang potensi pelayanannya:
Petrus adalah orang yg kagum dengan potensi dirinya sendiri sehingga ia selalu mencari momentun untuk pamer kebolehan didepan orang lain.
Petrus seperti seorang yang masih muda yang cenderung selalu mengikuti kehendaknya sendiri. Dia mengikuti apa yang menjadi kemauannya sendiri. Ia menjadi pribadi yg terlalu percaya diri akan kekuatan dan kemampuannya sendiri. Namun janji keberaniannya ternyata palsu belaka, ia menjadi sangat takut ketika berhadapan dengan bahaya yg akan menyeret kenyamanan dirinya. Ia bukanlah hamba Tuhan yg setia dalam pengabdiannya.
Jika memperhatikan seluruh track record (rekam jejak) Petrus pastilah kita kehabisan akal untuk melihat korelasi iman, karakter, pengalaman, kecakapan, intelektual dengan tuntutan pelayanan.
Bagaimana perspektif Tuhan dapat melihat Petrus yg hanya menonjol dimensi tampilan kulit luar, unjuk kekuatan phisik dan omong besar tetapi TETAP DIPERCAYA sebagai pekerja Kristus yg luar biasa bahkan sebagai RASUL YESUS KRISTUS!
Perjumpaan Tuhan Yesus secara pribadi dengan Petrus ini hendak menegaskan tentang cara mengkonstruksi pelayanan yg kokoh:
A. Pelayanan merupakan panggilan yg KHUSUS ( istimewa).
Sesudah peristiwa kebangkitan, Petrus adalah murid pertama yg paling dicari Tuhan Yesus.
Petrus adalah murid yg di beri kesempatan pertama berinteraksi secara personal dengan tubuh Kebangkitan.
Diulangi lagi dalam Yohanes 21: 15 -
Tuhan menegaskan kepercayaanNya yg tidak pupus hanya karena kegagalan masa lampau. Kehormatan secara pribadi tetap diberikan kepada Petrus dengan segala keberadaannya untuk menggembalakan domba-dombaNya. Perhatikan kekuatan panggilan Allah yg tak bisa ditahan oleh kondisi apapun: kegagalan, kelemahan dan dosa Allah bersedia membereskan supaya kita tetap berada pada ZONA PANGGILANNYA.
Sekali Allah memanggil kita, godaan dapat menyeretnya kemanapun dunia mau bawa. Namun kekuatan kehendak dan kasihNya tidak pernah kehabisan cara untuk mengembalikan kita pada jalanNya.
Kemana kita mau berlari meninggalkan panggilanNya?
Sesaat mungkin saja kita dapat silau dengan kemegahan dunia. Kita menjadi pribadi yg sangat terpukau dengan kenikmatan yg bertebarkan pesona kesenangan, kebebasan menggunakan harta, beria-ria dalam kemewahan, menariknya jabatan politik, luar biasanya kekuasaan, betapa melambungnya jiwa saat beroleh pujian akan popularitas dan sukses material. Nyaris tidak tersimpan rasa kekaguman dalam melayani Tuhan yg serba terbatas dan penuh gelora derita. Tak ingin lagi kembali menghambakan diri untuk pengabdian yg berbayarkan kesukarelaan.
Namun, saat Tuhan Yesus kembali memanggilnya... sanggupkah kita menyisakan secercah hati untuk tetap melekatkan diri pada dunia ini dengan segala kemegahannya?
Tidak ada kekuatan besar apapun yg dapat mencegahnya, bahkan DOSA yg bertumpuk sampah kerusakan, kegagalan, kehancuran, kenistaan hidup...masih dipungutNya. Diangkatnya lagi hidup kita yg menjadi tidak berharga dan terbuang. Diberinya kepercayaan lagi. Diberinya kehormatan lagi untuk kembali menikmati Kasih dan KuasaNya dalam melayani Dia.
Sungguh hanya karena AnugerahNya saja kita boleh melayaniNya.
Tidak ada kebanggan diri yg dapat kita propagandakan dan
Tidak kelemahan diri yg boleh menggagalkan pangggilan pelayanan kepadaNya.
B. Pelayanan merupakan Ekspresi Kasih
Jika persyaratan moral, etika, intelektual, pengalaman manejerial tidak dibahas sama sekali dalam pembicaraan sebagai pra-syarat pelayanan namun topik yg satu ini dibahas panjang lebar, dianggap paling vital, karena menjadi motor dari segala dinamika pelayanan yang bernilai. tuntutan kasih dalam pelayanan
‘apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini’.
‘more than these’ (= lebih dari ini).
Kata ‘these’ ini bisa menunjuk kepada ikan-ikan dan pekerjaan menjala ikan, atau kepada para murid yang lain.
Kata ‘these’
dapat diterjemahakan beragam:
a. Jenis kelamin netral, dan menunjuk kepada ‘hal-hal ini’ - perahunya, peralatan memancingnya, dan pekerjaannya; Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari engkau mengasihi benda-benda ini? Apakah engkau mau, dari kasih kepadaKu, untuk meninggalkan semua ini, dan pergi dan memberitakan InjilKu kepada bangsa-bangsa di bumi?
b. Jenis kelamin laki-laki, dan menunjuk kepada rasul-rasul. Dalam arti yang pertama artinya adalah: ‘Apakah engkau mengasihiKu lebih dari pada rasul-rasul yang lain ini mengasihiKu?’. Dalam pertanyaan ini Yesus menunjuk pada pengakuan kasih yang lebih tinggi kepadaNya yang Petrus buat sebelum kematianNya.
Kesediaan Petrus dalam mengungkapkan kasih kepada Allah walaupun sejujurnya hanya dalam kualitas PHILIA (persahabatan) bukan AGAPE namun Tuhan Yesus tetap memberikan apresiasi yg sama yaitu Gembalakanlah-domba-dombaKu.
Tuntutan kasih Agape sebanyak tiga kepada Petrus dan selalu dijawab dengan kasih Philia menunjukkan kejujuran diri kita yg sering tidak sanggup memanifestasikan kasih Agape kepada Allah. Allah menghargai kejujuran kasih kita kepadanya sebagai syarat yg memadai untuk boleh dipercayai untuk menggemsabalakan domba-dombaNya.
Tuhan Yesus dapat enerima kulaitas kasih philia Petrus karena Dia sanggup mengubah kuliatas kasih kita menjadi kasih agape. Kasih agape Petrus terbukti dalam qua vadis
Menurut sejarah gereja menceritakan bahwa: Petrus meninggalkan kota Roma, melarikan diri karena tidak- tega melihat begitu banyak siksaan, aniaya yang dilakukan bangsa Romawi terhadap jemaat Kristen. Petrus hendak lari dari pembantaian bagi para pengikutnya yang setiap hari ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri Pria maupun wanita, tua muda, maupun anak-anak yang mengaku diri pengikut Knstus harus bertarung melawan singa untuk mempertahankan hidup. Bisa dibayangkan, kita melihat singa kenyang, tidur saja takut, apalagi melihat singa lapar diberi umpan, dan umpannya adalah manusia, Rasanya hampir tidak ada yang luput dari sergapan singa lapar itu, bisa dipastikan tidak ada seorangpun yang hidup. Maka, wajar kalau Petrus tidak tahan menyaksikan hal dan mengambil keputusan meninggalkan kota Roma saja.
Tetapi apa yang terjadi? Ketika ia sudah ada diluar kota, la tiba-tiba bertemu dengan Yesus yang sedang memanggul salibNya. Dalam keterkejutannya Petrus bertanya kepada Yesus: "Quo Vadis, Domine?" artinya: "Tuhan mau kemana? " Yesus menjawab: "Aku hendak ke Roma untuk disalibkan sekali lagi disana!". Mendengar jawaban Yesus itu Petrus terkejut, merasa terpukul hatinya, maka tanpa pikir panjang kembali lagi ke Roma. Petrus meninggal dengan cara seperti Yesus disana, yaitu disalibkan. Tetapi Petrus merasa tidak sepantasnya meninggal seperti gurunya, maka ia meminta disalibkan tetapi kepalanya dibawah
C. Pelayanan Berpusat Pada Kepentingan Kristus
Kata: "gembalakanlah domba-domba - Ku" secara khusus :"KU" harus diterjemahkan sebagai mengelola pelayanan sebagai MILIK Tuhan, bukan milik DIRI SENDIRI.
Pelayanan yg dibangun dengan konstruksi yg dipusatkan pada Kristus:
a. Berkaitan dengan HAK yg layak diberikan kepada Kristus
Status kepemimpinan kita dalam komunitas jemaat bukanlah menempatkan kita sebagai PEMILIK tetapi PENGELOLA (Stewardship) : gembala, penyedia, pemelihara, dan pemberi makan, karena domba-domba adalah milik Kristus.
Eksistensi jemaat bukan domba milik pendeta, tetapi domba milik Kristus. Jadi satire (sindiran) ‘pendeta itu mencuri domba-dombaku’ hanyalah ekspresi nilai rasa yang tidak berdasar .
Gereja didirikan bukan seperti buka warung kopi, sehingga kehadiran rekan sekerja dalam pelayanan tidak boleh dianggap sebagai rivalitas namun mitra kerja. Kalau ada pembukaan gereja dalam radius berdekatan waaaah....hatinya berkobar dengan curiga dan kekuatiran karena takut dombanya lari tetapi kalau ada gereja yg ditutup hatinya lega berbunga-bunga karena dimungkinkan bertambahnya domba-domba baru dari tetangga dekat....eh ngawur.
Tidak ada hak dalam diri kita untuk memiliki SESUATU yg menjadi milik Allah.
pelayanan tidak dalam kapasitas merebut hak Allah untuk memiliki jiwa manusia menjadi mereka yg terpenjara dalam kuasa kita.
b. Berkaitan dengan FUNGSI
Kata ‘gembalakanlah’ dalam ay 15,17 adalah BOSKE, yang arti hurufiahnya adalah ‘feed’ = berilah makan.
Kata "gembalakanlah" dalam ay 16 digunakan kata POIMAINE, yang secara hurufiah berarti ‘tend’ = uruslah / peliharalah / rawatlah) atau ‘shepherd’ = gembalakanlah
Tugas seorang gembala adalah untuk memberi makan, menyehatkan, melayani dan memasok seluruh kebutuhan jiwa
Pelayanan itu bukan gengsi tetapi fungsi, pelayanan itu berorientasi pada kerja, pengabdian sampai pada tingkat perhatian kepada mereka yg lemah. Pemimpin jemaat berarti adalah seorang motivator yg menguatkan, seorang dokter yg menyehatkan, seorang manejer yg mengelola, seorang gembala yg selalu dekat dengan dombanya mengenalnya satu persatu bahkan bau badannya pun seperti bau domanya......
Pelayan bukanlah usaha untuk menggemukkan diri sendiri dengan mendapatkan sebanyak mungkin dari orang yg kita layani. Pelayanan justru disetting oleh Allah untuk memberikan secara total hidup kita untuk mereka.
Kita tidak perlu malu untuk menyadari dan mengubah berbagai rekam jejak yg salah dalam pelayanan.
Tidak sepantasnya kita menjadikan wilayah pelayanan sebagai kerajaan bisnis yg hanya dengan tujuan untuk membuat mudah dan hidup enak , bahkan menggunakan nama Tuhan atau pekerjaan Tuhan sebagai alasan pembenar sikap kita.
Pelayanan seharusnya diekspresikan sebagai kekaguman kita kepada Tuhan yg bekerja secara ajaib dalam kita bukan kekaguman kita sendiri yg sanggup bekerja untuk Tuhan.
Spirit Kebangkitan Kristus adalah spirit perubahan!
(The Spirit of Resurrection is The Spirit of Change)