Kebangkitan Kristus bukanlah demonstrasi yg dinyatakan dengan tujuan pamer kemahakuasaan yg melebihi sistem alamiah manusia. Kebangkitan Kristus bukanlah argumentasi Tuhan atas berbagai pertanyaan misteri yg diajukan manusia. Kebangkitan Kristus bukanlah sandiwara untuk membuat manusia kagum akan Tuhan.
Kebangkitan Kristus adalah grand disain Allah yg dirancang jauh-jauh hari dimasa kekekalan yg dideklarasikan Allah sendiri untuk kepentingan manusia.
Kebangkitan Kristus dinyatakan untuk membawa dampak perubahan nyata dalam kehidupan manusia.
Apakah dampak kebangkitan Kristus bagi pelayaan kita?
Di Yoh. 21:3
I. Kuasa Kebangkitan Kristus Menjawab Kebutuhan Pelayanan.
Kebingungan, ketiadaan arah bahkan berhentinya visi pelayanan karena telah ditinggal mati Tuhan Yesus adalah pergumulan hebat para murid yg sudah menginvestasikan hidup bagi Tuhan.
Kematian Tuhan Yesus mengkondisikan para murid kembali bekerja sesuai profesi semula sebagai para nelayan. Hal sangat manusia (very humanity). Sikap positif yg tidak membiarkan diri untuk larut dalam pukulan kesedihan setelah peristiwa kematian Tuhan Yesus di kayu salib, karena itu mereka kembali aktif bekerja sesuai pilihan profesi yang mereka geluti selama ini.
Pekerjaan mencari ikan telah mendarah-daging menjadi profesi yang sangat mereka kuasai. Namun untuk kali ini, pada saat mereka bekerja mencari ikan, ternyata profesionalitasnya tidak membuahkan hasil, mereka gagal........
Pada detik-detik yang mengecewakan itu, ditengah pergumulan hidupnya:
a. Pelayanannya bersama Tuhan dianggap sudah kandas ditengah jalan
b. Pekerjaannya sebagai nelayan tidak memberikan keuntungan ekonomi.
Ternyata Tuhan Yesus yang sudah bangkit sudah berada ditengah mereka dan memberi perintah untuk menebarkan jala di sebelah kanan.
Ketika mereka mentaati apa yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus, maka secara ajaib mereka dapat memperoleh ikan dalam jumlah yang sangat besar. Woooooooooooooow....mujizat terjadi sesudah kebangkitan.
Kejadian tersebut menyadarkan para murid, bahwa Kristus yang bangkit sekarang sudah menyatakan diriNya di tengah-tengah kehidupan dan pergumulan mereka. Bahkan salah seorang murid yang dikasihi Tuhan Yesus berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan!" (Yoh. 21:7).
Kehadiran Kristus yang bangkit dinyatakan bukan saja ketika mereka merasa berhasil dan kuat. Sebaliknya ketika mereka gagal ,lemah, kecewa dan tak berpengharapan. Para murid diteguhkan oleh kehadiran dan kuasa Kristus yang bangkit. Sehingga secara spontan mereka menyatakan sikap imannya: "Itu Tuhan".
Saat mereka sampai di darat, para murid menemukan Kristus yang telah siap menyediakan makanan bagi mereka.
1. Kehadiran Kristus yang sudah bangkit menguatkan dan meneguhkan iman para murid yang sedang bersedih-hati,
2. Kehadiran Kristus sangat mempedulikan kebutuhan jasmaniah mereka.
Jelaslah bahwa kebangkitan Kristus bukan sekedar suatu ilusi rohani, tetapi sungguh-sungguh suatu peristiwa perjumpaan pribadi yang nyata dengan Kristus yang hidup. Karena itu peristiwa sarapan pagi di tepi pantai menjadi suatu peristiwa perjamuan yang mempersekutukan para murid bersama dengan Kristus.
Persekutuan dengan Yesus secara langsung dan pribadi yg menjawab segala persolan bahkan pada perkara yg bersifat sangat jasmaniah: makanan, kebutuhan perut, pekerjaan, masadepan. tidak luput dari sasaran kuasa Kebangkitan Tuhan Yesus.
Kesulitan memang masih tetap ada ditengah pelayanan namun percayalah bahwa Tuhan tidak pernah mempersulit pekerjaanNya didalam kita. Kebangkitan Kristus memastikan bahwa Allah juga hadir memberikan jawaban langsung dan pribadi atas segala kebutuhan hidup kita.
II. Kuasa Kebangkitan Kristus Mengubahkan Karakter Pelayanan
Di tengah-tengah persekutuan mereka dengan Kristus, Dia bertanya kepada Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" (Yoh. 21:15).
Pertanyaan Tuhan Yesus ini diajukan 2 kali kepada Petrus. Ternyata 2 kali pertanyaan itu Tuhan Yesus menggunakan kata "mengasihi" dengan kata "agape" (kasih ilahi yang tanpa syarat), yaitu: "Simon Iooannou, agapas me pleon toutoon" (Simon, anak Yohanes apakah engkau mengasihi aku lebih dari mereka?).
Yang menarik adalah bentuk jawaban dari Petrus dalam membalas pertanyaan tersebut. Petrus tidak membalas dengan jawaban "agape" juga, tetapi dia mengungkapkan bahwa dia mengasihi Kristus dengan kata "philia" (kasih seorang sahabat).
Selanjutnya Tuhan Yesus bertanya yang ketiga kali dengan mengikuti pola berpikir Petrus yaitu : Apkah engkau mengasihi Aku dengan "philia", Petrus menjawab: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi (philia) Engkau".
Sampai jawaban ketiga Petrus tetap konsisten menggunakan kata "philia". Dia tidak lagi berani menyatakan bahwa dia mampu mengasihi Kristus dengan kasih "agape" karena telah terbukti dia telah gagal dengan menyangkal Kristus sampai tiga kali.
Pernyataan ini menjelaskan perubahan sikap Petrus yg telah diubahkan oleh kuasa Kebangkitan Kristus:
a. Seorang yg , radikal, keras kepala berubah menjadi seorang yg tahu diri, lugas (realistis) , jujur, dan apa adanya.
b. Seorang yg bertemperamen kholeric, reaktif, spontan, tanpa berpikir panjang, mengumbar nafsu keberanian tanpa memikirkan konsekuensinya sekarang diubahkan menjadi santun dan realistis.
c. Petrus, Sang batukarang kini telah menjadi Simon: buluh yg lemah terkulai ketika berhadapan dengan kebangkitan Kristus.
d. Petrus seorang yg gagal dalam dalam konsistensinya membela imannya kini memiliki sinar iman yg baru.
Perubahan karakter Petrus telah menempatkan kepercayaan Kristus untuk mengerjakan tugas pelayanan. "Gembalakanlah domba-dombaKu". Apa saja yg pernah dilakukan Petrus bukanlah persoalan yg mengganjal kepercayaan Tuhan Yesus terhadap dirinya.
Kuasa Kebangkitan Kristus mengubahkan sikap Petrus yang selalu yakin (over-confident) mampu setia dan mengasihi Kristus dalam segala situasi. Kini ia tidak lagi berani menyatakan bahwa dia mampu mengasihi Kristus dengan kasih ilahi yang tanpa syarat dan bersedia untuk berkorban (kasih agape). Kali ini Petrus bersikap rendah-hati bahwa dia hanya memiliki kasih "philia" saja.
Namun Tuhan Yesus tetap mempercayai Petrus untuk menggembalakan umatNya. Ini berarti tindakan untuk melayani pekerjaan Tuhan hanya dapat terwujud ketika kita mau bersikap rendah-hati, mengakui ketidakberdayaan dan kelemahan kita.
Pekerjaan Tuhan yg ideal tidak akan terwujud ketika kita merasa diri kita lebih baik, lebih rohani dan lebih berpengalaman dari orang lain.
Justru kita akan makin dipakai oleh Tuhan secara lebih efektif, ketika kita melaksanakan tugas pelayanan lahir dari hati yang hancur dan sikap yang tidak layak di hadapanNya.
Spiritualias iman yang lahir dari hati yang hancur justru membuka pintu rohani kita untuk melihat kuasa kebangkitan Kristus yang berkenan mempercayai kita untuk menggembalakan umatNya.
Kuasa kebangkitan Kristus telah membungkus kelemahan, kekurangan dan kegagalan Petrus untuk mengerjakan pekerjaan besar.
Kuasa kebangkitan Kristus juga memastikan terjadinya tranformasi karakter Allah yg dihisapkan dalam watak kita. Sehingga apapun keberadaan kita yg sarat dengan kelemahan, ketidakmampuan dan keterbatasan tidak dianggap Tuhan sebagai batu sandungan yg boleh menggagalkan masa depan pelayanan.
Kebangkitan Yesus mengubah karakter kita lebi hdahulu sebelum Dia memakai kita mengubah dunia ini.
III. Kuasa Kebangkitan Kristus Memperbaharui Kekuatan Pelayanan.
"Sesungguhnya ketika engkau masih muda, engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kau kehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki" (Yoh. 21:18).
Tugas pelayanan dalam kuasa kebangkitan Kristus seharusnya memampukan kita untuk "dipimpin oleh orang lain".
Sekarang ini, di hadapan Kristus yang bangkit, dia disadarkan bahwa untuk melayani pekerjaan Tuhan, dia tidak dapat bersandar kepada kekuatan dan pengalaman sendiri. Dalam perjumpaan dengan Tuhan Yesus ,Petrus disadarkan dalam beberapa aspek :
1. Tentang kondisi imannya yg sudah berubah:
"Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?
Tuhan Yesus pasti tidak lupa dengan predikat nama Petrus, yg berarti batu karang yg kokoh, namun kali ini Dia memanggilnya dengan sebutan Simon, yg berarti; buluh yg lemah, mudah diterpa angin. Sudah terjadi degradasi iman, namun kuasa kebangkitan Kristus telah mengubahkan menjadi kekuatan iman yg bekerja untuk melayani Dia.
2. Tentang potensi pelayanannya:
Sebelum bertobat, Petrus seperti seorang yang masih muda yang cenderung selalu mengikuti kehendaknya sendiri. Dia mengikuti apa yang menjadi kemauannya sendiri. Ia menjadi pribadi yg terlalu percaya diri akan kekuatan dan kemampuannya sendiri.
Sebaliknya di hadapan Kristus yang bangkit, dia telah menemukan jati-dirinya yang ternyata sangat rapuh dan lemah; namun pada saat yang sama Tuhan Yesus masih berkenan mempercayai untuk menggembalakan umat Tuhan. bukankah itu adalah anugerah Tuhan, yg diberikan pada Paskah pertama!
Pelayanan pekerjaan Tuhan akan menjadi efektif manakala kita bersedia bersandar kepada kuasa kebangkitan Kristus, yang akan memampukan untuk melayani dengan tuntunan Kristus sendiri.
Kuasa kebangkitan Kristus akan memampukan kita untuk menanggung berbagai kesedihan, terluka dan menderita pada saat dia melaksanakan tugas pelayanan.
Sikap Petrus yang merasa diri kuat, penuh tenaga dan merasa diri selalu benar ternyata juga dialami oleh Saulus sebelum dia berjumpa dengan Kristus yang bangkit. Saat itu Saulus merasa bahwa apa yang dilakukan sesuai dengan kehendak Allah dengan mengejar dan menganiaya jemaat Tuhan. Tetapi dalam perjalanannya ke Damsyik, dia berjumpa dengan Kristus yang bangkit.
Kisah Rasul 9:3-9 dia jatuh dari kudanya dan menjadi buta.
Namun pengalaman itu telah menyebabkan dia mengalami perubahan hidup yang total. Akhirnya ia menjadi hamba Kristus yang digerakkan oleh kuasa kebangkitanNya, dan bukan menjadi hamba Kristus karena dia merasa kuat dan memiliki kebenaran Allah. Dia tidak menggembalakan umat karena merasa telah berhasil "menangkap" Kristus, sebaliknya dia dapat menjadi hamba Tuhan Yesus karena dia "ditangkap" oleh kasihNya.
Filipi 3:12, rasul Paulus berkata: "Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus". Rasul Paulus dapat menjadi seorang rasul Kristus karena dia telah ditangkap oleh Kristus.
Ini berarti untuk melayani pekerjaan Tuhan secara efektif Jika kita mau ditangkap dan dikendalikan oleh oleh Kristus. Bukan sekedar kepiawaian mengembangkan kapasitas diri dengan kecakapan ilmu, pengalaman apalagi kenekatan yg mengatasnamakan Tuhan.
Kuasa Kebangkitan Kristus hendak memastikan bahwa pelayanan adalah Proyek Besar Allah yg akan selalu berhasil jika dikendalikan dengan: Kasih , Kerendahan hati dan mengandalkan Kekuatan Allah.
Amin
Kebangkitan Kristus adalah grand disain Allah yg dirancang jauh-jauh hari dimasa kekekalan yg dideklarasikan Allah sendiri untuk kepentingan manusia.
Kebangkitan Kristus dinyatakan untuk membawa dampak perubahan nyata dalam kehidupan manusia.
Apakah dampak kebangkitan Kristus bagi pelayaan kita?
Di Yoh. 21:3
I. Kuasa Kebangkitan Kristus Menjawab Kebutuhan Pelayanan.
Kebingungan, ketiadaan arah bahkan berhentinya visi pelayanan karena telah ditinggal mati Tuhan Yesus adalah pergumulan hebat para murid yg sudah menginvestasikan hidup bagi Tuhan.
Kematian Tuhan Yesus mengkondisikan para murid kembali bekerja sesuai profesi semula sebagai para nelayan. Hal sangat manusia (very humanity). Sikap positif yg tidak membiarkan diri untuk larut dalam pukulan kesedihan setelah peristiwa kematian Tuhan Yesus di kayu salib, karena itu mereka kembali aktif bekerja sesuai pilihan profesi yang mereka geluti selama ini.
Pekerjaan mencari ikan telah mendarah-daging menjadi profesi yang sangat mereka kuasai. Namun untuk kali ini, pada saat mereka bekerja mencari ikan, ternyata profesionalitasnya tidak membuahkan hasil, mereka gagal........
Pada detik-detik yang mengecewakan itu, ditengah pergumulan hidupnya:
a. Pelayanannya bersama Tuhan dianggap sudah kandas ditengah jalan
b. Pekerjaannya sebagai nelayan tidak memberikan keuntungan ekonomi.
Ternyata Tuhan Yesus yang sudah bangkit sudah berada ditengah mereka dan memberi perintah untuk menebarkan jala di sebelah kanan.
Ketika mereka mentaati apa yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus, maka secara ajaib mereka dapat memperoleh ikan dalam jumlah yang sangat besar. Woooooooooooooow....mujizat terjadi sesudah kebangkitan.
Kejadian tersebut menyadarkan para murid, bahwa Kristus yang bangkit sekarang sudah menyatakan diriNya di tengah-tengah kehidupan dan pergumulan mereka. Bahkan salah seorang murid yang dikasihi Tuhan Yesus berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan!" (Yoh. 21:7).
Kehadiran Kristus yang bangkit dinyatakan bukan saja ketika mereka merasa berhasil dan kuat. Sebaliknya ketika mereka gagal ,lemah, kecewa dan tak berpengharapan. Para murid diteguhkan oleh kehadiran dan kuasa Kristus yang bangkit. Sehingga secara spontan mereka menyatakan sikap imannya: "Itu Tuhan".
Saat mereka sampai di darat, para murid menemukan Kristus yang telah siap menyediakan makanan bagi mereka.
1. Kehadiran Kristus yang sudah bangkit menguatkan dan meneguhkan iman para murid yang sedang bersedih-hati,
2. Kehadiran Kristus sangat mempedulikan kebutuhan jasmaniah mereka.
Jelaslah bahwa kebangkitan Kristus bukan sekedar suatu ilusi rohani, tetapi sungguh-sungguh suatu peristiwa perjumpaan pribadi yang nyata dengan Kristus yang hidup. Karena itu peristiwa sarapan pagi di tepi pantai menjadi suatu peristiwa perjamuan yang mempersekutukan para murid bersama dengan Kristus.
Persekutuan dengan Yesus secara langsung dan pribadi yg menjawab segala persolan bahkan pada perkara yg bersifat sangat jasmaniah: makanan, kebutuhan perut, pekerjaan, masadepan. tidak luput dari sasaran kuasa Kebangkitan Tuhan Yesus.
Kesulitan memang masih tetap ada ditengah pelayanan namun percayalah bahwa Tuhan tidak pernah mempersulit pekerjaanNya didalam kita. Kebangkitan Kristus memastikan bahwa Allah juga hadir memberikan jawaban langsung dan pribadi atas segala kebutuhan hidup kita.
II. Kuasa Kebangkitan Kristus Mengubahkan Karakter Pelayanan
Di tengah-tengah persekutuan mereka dengan Kristus, Dia bertanya kepada Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" (Yoh. 21:15).
Pertanyaan Tuhan Yesus ini diajukan 2 kali kepada Petrus. Ternyata 2 kali pertanyaan itu Tuhan Yesus menggunakan kata "mengasihi" dengan kata "agape" (kasih ilahi yang tanpa syarat), yaitu: "Simon Iooannou, agapas me pleon toutoon" (Simon, anak Yohanes apakah engkau mengasihi aku lebih dari mereka?).
Yang menarik adalah bentuk jawaban dari Petrus dalam membalas pertanyaan tersebut. Petrus tidak membalas dengan jawaban "agape" juga, tetapi dia mengungkapkan bahwa dia mengasihi Kristus dengan kata "philia" (kasih seorang sahabat).
Selanjutnya Tuhan Yesus bertanya yang ketiga kali dengan mengikuti pola berpikir Petrus yaitu : Apkah engkau mengasihi Aku dengan "philia", Petrus menjawab: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi (philia) Engkau".
Sampai jawaban ketiga Petrus tetap konsisten menggunakan kata "philia". Dia tidak lagi berani menyatakan bahwa dia mampu mengasihi Kristus dengan kasih "agape" karena telah terbukti dia telah gagal dengan menyangkal Kristus sampai tiga kali.
Pernyataan ini menjelaskan perubahan sikap Petrus yg telah diubahkan oleh kuasa Kebangkitan Kristus:
a. Seorang yg , radikal, keras kepala berubah menjadi seorang yg tahu diri, lugas (realistis) , jujur, dan apa adanya.
b. Seorang yg bertemperamen kholeric, reaktif, spontan, tanpa berpikir panjang, mengumbar nafsu keberanian tanpa memikirkan konsekuensinya sekarang diubahkan menjadi santun dan realistis.
c. Petrus, Sang batukarang kini telah menjadi Simon: buluh yg lemah terkulai ketika berhadapan dengan kebangkitan Kristus.
d. Petrus seorang yg gagal dalam dalam konsistensinya membela imannya kini memiliki sinar iman yg baru.
Perubahan karakter Petrus telah menempatkan kepercayaan Kristus untuk mengerjakan tugas pelayanan. "Gembalakanlah domba-dombaKu". Apa saja yg pernah dilakukan Petrus bukanlah persoalan yg mengganjal kepercayaan Tuhan Yesus terhadap dirinya.
Kuasa Kebangkitan Kristus mengubahkan sikap Petrus yang selalu yakin (over-confident) mampu setia dan mengasihi Kristus dalam segala situasi. Kini ia tidak lagi berani menyatakan bahwa dia mampu mengasihi Kristus dengan kasih ilahi yang tanpa syarat dan bersedia untuk berkorban (kasih agape). Kali ini Petrus bersikap rendah-hati bahwa dia hanya memiliki kasih "philia" saja.
Namun Tuhan Yesus tetap mempercayai Petrus untuk menggembalakan umatNya. Ini berarti tindakan untuk melayani pekerjaan Tuhan hanya dapat terwujud ketika kita mau bersikap rendah-hati, mengakui ketidakberdayaan dan kelemahan kita.
Pekerjaan Tuhan yg ideal tidak akan terwujud ketika kita merasa diri kita lebih baik, lebih rohani dan lebih berpengalaman dari orang lain.
Justru kita akan makin dipakai oleh Tuhan secara lebih efektif, ketika kita melaksanakan tugas pelayanan lahir dari hati yang hancur dan sikap yang tidak layak di hadapanNya.
Spiritualias iman yang lahir dari hati yang hancur justru membuka pintu rohani kita untuk melihat kuasa kebangkitan Kristus yang berkenan mempercayai kita untuk menggembalakan umatNya.
Kuasa kebangkitan Kristus telah membungkus kelemahan, kekurangan dan kegagalan Petrus untuk mengerjakan pekerjaan besar.
Kuasa kebangkitan Kristus juga memastikan terjadinya tranformasi karakter Allah yg dihisapkan dalam watak kita. Sehingga apapun keberadaan kita yg sarat dengan kelemahan, ketidakmampuan dan keterbatasan tidak dianggap Tuhan sebagai batu sandungan yg boleh menggagalkan masa depan pelayanan.
Kebangkitan Yesus mengubah karakter kita lebi hdahulu sebelum Dia memakai kita mengubah dunia ini.
III. Kuasa Kebangkitan Kristus Memperbaharui Kekuatan Pelayanan.
"Sesungguhnya ketika engkau masih muda, engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kau kehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki" (Yoh. 21:18).
Tugas pelayanan dalam kuasa kebangkitan Kristus seharusnya memampukan kita untuk "dipimpin oleh orang lain".
Sekarang ini, di hadapan Kristus yang bangkit, dia disadarkan bahwa untuk melayani pekerjaan Tuhan, dia tidak dapat bersandar kepada kekuatan dan pengalaman sendiri. Dalam perjumpaan dengan Tuhan Yesus ,Petrus disadarkan dalam beberapa aspek :
1. Tentang kondisi imannya yg sudah berubah:
"Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?
Tuhan Yesus pasti tidak lupa dengan predikat nama Petrus, yg berarti batu karang yg kokoh, namun kali ini Dia memanggilnya dengan sebutan Simon, yg berarti; buluh yg lemah, mudah diterpa angin. Sudah terjadi degradasi iman, namun kuasa kebangkitan Kristus telah mengubahkan menjadi kekuatan iman yg bekerja untuk melayani Dia.
2. Tentang potensi pelayanannya:
Sebelum bertobat, Petrus seperti seorang yang masih muda yang cenderung selalu mengikuti kehendaknya sendiri. Dia mengikuti apa yang menjadi kemauannya sendiri. Ia menjadi pribadi yg terlalu percaya diri akan kekuatan dan kemampuannya sendiri.
Sebaliknya di hadapan Kristus yang bangkit, dia telah menemukan jati-dirinya yang ternyata sangat rapuh dan lemah; namun pada saat yang sama Tuhan Yesus masih berkenan mempercayai untuk menggembalakan umat Tuhan. bukankah itu adalah anugerah Tuhan, yg diberikan pada Paskah pertama!
Pelayanan pekerjaan Tuhan akan menjadi efektif manakala kita bersedia bersandar kepada kuasa kebangkitan Kristus, yang akan memampukan untuk melayani dengan tuntunan Kristus sendiri.
Kuasa kebangkitan Kristus akan memampukan kita untuk menanggung berbagai kesedihan, terluka dan menderita pada saat dia melaksanakan tugas pelayanan.
Sikap Petrus yang merasa diri kuat, penuh tenaga dan merasa diri selalu benar ternyata juga dialami oleh Saulus sebelum dia berjumpa dengan Kristus yang bangkit. Saat itu Saulus merasa bahwa apa yang dilakukan sesuai dengan kehendak Allah dengan mengejar dan menganiaya jemaat Tuhan. Tetapi dalam perjalanannya ke Damsyik, dia berjumpa dengan Kristus yang bangkit.
Kisah Rasul 9:3-9 dia jatuh dari kudanya dan menjadi buta.
Namun pengalaman itu telah menyebabkan dia mengalami perubahan hidup yang total. Akhirnya ia menjadi hamba Kristus yang digerakkan oleh kuasa kebangkitanNya, dan bukan menjadi hamba Kristus karena dia merasa kuat dan memiliki kebenaran Allah. Dia tidak menggembalakan umat karena merasa telah berhasil "menangkap" Kristus, sebaliknya dia dapat menjadi hamba Tuhan Yesus karena dia "ditangkap" oleh kasihNya.
Filipi 3:12, rasul Paulus berkata: "Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus". Rasul Paulus dapat menjadi seorang rasul Kristus karena dia telah ditangkap oleh Kristus.
Ini berarti untuk melayani pekerjaan Tuhan secara efektif Jika kita mau ditangkap dan dikendalikan oleh oleh Kristus. Bukan sekedar kepiawaian mengembangkan kapasitas diri dengan kecakapan ilmu, pengalaman apalagi kenekatan yg mengatasnamakan Tuhan.
Kuasa Kebangkitan Kristus hendak memastikan bahwa pelayanan adalah Proyek Besar Allah yg akan selalu berhasil jika dikendalikan dengan: Kasih , Kerendahan hati dan mengandalkan Kekuatan Allah.
Amin