TIDAK PERNAH MENYERAH
Sesampainya  di tempat dimana sekolah itu dulunya berdiri, yang ia dapati hanyalah  sebuah bukit tumpukan batu, kayu dan semen sisa dari gedung yang hancur  total!  Mula-mula ia hanya terpaku berdiri di sana sambil menahan  tangis.  Namun kemudian, ia segera bergegas pergi ke bagian sekolah yang  ia yakini adalah tempat ruang kelas anaknya.  Dengan hanya menggunakan  tangannya ia mulai menggali dan mengangkat batu-batu yang bertumpuk di  sana.  Seseorang sempat menegurnya, “Pak, tak ada gunanya lagi.  Mereka  semua pasti sudah mati.”  Bapak itu menjawab, “Anda bisa berdiri saja di  sana, atau ikut membantu mengangkat batu-batu ini!”  Maka orang itu dan  beberapa orang lain ikut menolong, namun setelah beberapa jam mereka  lelah dan menyerah.  Sebaliknya, si bapak tak bisa berhenti memikirkan  anaknya, dan terus menggali.
Dua  jam berlalu, lima jam, sepuluh jam, tiga belas jam, delapan belas jam.   Tiba-tiba ia mendengar suara dari bawah papan yang rubuh. Dia  mengangkat sebagian papan, dan berteriak, “Armando!”  Dari kegelapan di  bawah terdengarlah suara kecil, “Papa!”  Kemudian terdengar pula  suara-suara lain ikut berteriak!  Semua orang yang ada di sekitar  reruntuhan, kebanyakan para orangtua murid-murid itu, kaget dan  bersyukur saat menyaksikan dan mendengar teriakan anak-anak.  Ada 14  anak yang masih hidup.  Armando membantu menggali dan mengangkat  batu-batu sampai semua temannya diselamatkan.  Semua orang mendengarnya  ketika ia berkata kepada teman-temannya, “Lihat, aku sudah bilang ‘kan,  bahwa papaku pasti datang untuk menyelamatkan kita!”
Bila  kita berada dalam kegelapan, tertimpa oleh berbagai macam masalah,  akankah kita seperti Armando, yang terus menggenggam harapan bahwa  papanya akan datang untuk menyelamatkannya?  Tuhan berjanji, “...  seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku  tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau” (Yosua  1:5b)
 (Emai)