Spiritualitas Pemimpin Kristen
“….. kamu yang rohani harus memimpin orang … ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut….” (Galatia 6:1b)
PENGANTAR
Tajuk  “Spiritualitas Pemimpin Kristen” bersifat tepat waktu.” Unsur tepat  waktu dari tema ini didukung oleh kenyataan bahwa kondisi dunia yang  berubah dan penuh dengan tantangan ini menuntut adanya pemimpin Kristen  dengan kadar spiritualitas tangguh untuk memimpin. Disadari bahwa  pemimpin Kristen sesungguhnya adalah pemimpin rohani, yang  harus membuktikan kadar kerohaniannya sebagai dasar integritas dirinya  yang merupakan kekuatan moral yang menopang diri serta kepemimpinannya.  Pada sisi lain, integritas pemimpin tergantung sepenuhnya pada kadar  spiritualitasnya, yang menunjuk kepada kepentingan keteguhan  spiritualitas pada pemimpin Kristen. Kenyataan ini mendorong untuk  bertanya, apa sesungguhnya spiritualitas itu dan seberapa pentingnya  spiritualitas bagi seorang pemimpin Kristen? Dalam upaya menjawab  pertanyaan ini, maka ada tiga pokok penting yang akan dipercakapkan  dalam diskursus ini, yaitu antara lain: Pertama, Memaknai Spiritualitas Pemimpin; Kedua, Dinamika Spiritualitas Pemimpin Kristen sebagai dasar bagi otoritas kepemimpinan; Ketiga, Kadar Spiritualitas Pemimpin Kristen sebagai tolok ukur kualitas kepemimpinan.
MEMAKNAI SPIRITUALITAS PEMIMPIN
Spiritualitas atau spirituality adalah  natur rohani yang menjelaskan tentang kadar karakter atau kualitas  rohani seseorang. Berdasarkan pengertian ini, bisa dikatakan bahwa  spiritualitas membayangi kadar karakter setiap orang, dimana karakter  dapat merupakan ekspresi kualitas spiritualitas itu sendiri. Dalam  hubungan ini dapatlah dikatakan bahwa spiritualitas adalah hakikat dan  sifat hidup yang dibangun di atas kadar rohani atau kerohanian.  Kebenaran ini menegaskan bahwa kerohanian yang tinggi merefleksikan  spiritualitas yang tinggi yang terbayang dalam karakter yang agung.  Hubungan spiritualitas dan karakter ini menjelaskan adanya kaitan  integral yang saling mempengaruhi, antara kadar kerohanian seseorang dan  karakter serta ekspresi dirinya. Spiritualitas di sini dapat dikatakan  juga sebagai dasar bagi integritas seseorang. Di sini, percakapan  seputar spiritualitas pemimpin dalam diskursus kali ini memiliki  relevansi kuat untuk kehidupan kepemimpinan Kristen. Spiritualias juga  merupakan ekspresi kesadaran diri akan kepentingan spiritulitas tinggi  bagi pemimpin Kristen. Kepentingan spiritualitas tinggi bagi pemimpin  Kristen dibangun oleh kenyataan bahwa spiritualitas itu adalah penting  yang berfungsi sebagai dasar untuk mewujudkan kepemimpinan yang  berkualitas. Tidaklah mengherankan, bahwa Rasul Paulus di dalam Galatia  6:1b mengatakan, “….. kamu yang rohani harus memimpin orang … ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut….”  Makna dari nasehat ini dalam hubungannya dengan tema “Spiritualitas  Pemimpin Kristen” sesungguhnya menekankan kepada faktor pemimpin, dimana  kadar dan kekuatan kerohaniannya merupakan landasan bagi kekuatan etika  – moralnya untuk memimpin yang olehnya ia dapat mewujudkan perannya  mengangkat orang lain.
DINAMIKA SPIRITUALITAS PEMIMPIN KRISTEN DAN OTORITAS KEPEMIMPINAN.
Disadari  bahwa dinamika spiritualitas pemimpin Kristen bersumber dari Allah.  Tatkala Rasul Yohanes berbicara tentang kebenaran seputar otoritas  spiritualitas Kristen, ia menegaskan, “Barangsiapa mengatakan bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup seperti Kritus telah hidup”  (I Yohanes 2:6). Kebenaran ini menunjuk bahwa sesungguhnya Yohanes  sedang menegaskan tentang sumber otoritas dari spiritualitas Kristen  itu. Kebenaran seputar sumber otoritas Kristen ini mengandung tiga sisi  yang harus dipahami dan dihidupi oleh setiap pemimpin Kristen, yaitu  antara lain:
Pertama,  Otoritas spiritualitas pemimpin Kristen hanya ada pada setiap orang  yang ada di dalam Kristus. Kebenaran ini diteguhkan oleh Firman yang  menegaskan bahwa “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan yang baru; yang lama sudah berlalu, sesunggunya yang baru sudah datang”  (II Korintus 5:17). Di sini otoritas spiritualitas itu menjadi kokoh  oleh kekuatan Roh Kudus, yang diteguhkan oleh Firman, bahwa “Allah memberikan kepada kita … roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban”  (II Timotius 2:7b). Indikator dari otoritas rohani ini adalah adanya  kekuatan (kuasa) rohani untuk hidup dan mengabdi berlandaskan kasih yang  mengangkat dengan kadar penguasan dan ketertiban diri yang tinggi.  Kebenaran ini dipastikan melalui tindakan kasih karunia Allah yang  menyelamatkan itu, dimana Rasul Paulus mengatakan bahwa “Di dalam Dia kamu ….. dimeteraikan dengan Roh Kudus yang dijanjikan itu” (Efesus  1:13). Memeteraikan kebenaran ini di dalam jiwa pemimpin Kristen,  Profesor J. Robert Clinton mengatakan bahwa “Orang yang memandang  otoritas rohani sebagai dasar kekuasaan untuk melayani harus mengakui  Sumber dari semua otoritas: (yaitu) Allah.” Pengakuan ini merupakan  sikap sambutan iman atas apa yang telah dikaruniakan TUHAN Allah kepada  pemimpin Kristen, sebagai dasar otoritas spiritualitas kepemimpinannya.  Sikap ini menyebabkan ia berendah hati untuk mengakui bahwa “Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, Firman TUHAN semesta alam” (Zakharia 4:6).
Kedua,  Otoritas spiritualitas pemimpin Kristen harus dibuktikan dengan adanya  tanggung jawab memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus. Indikator kuat  bahwa seorang pemimpin adalah pemimpin rohani ialah bahwa ia hidup oleh  Roh Kudus, yang olehnya ia dapat menguasai dirinya dengan tidak menuruti  keinginan daging (Galatia 5:16-17). Indikator kuasa positif yang pasti  ialah bahwa dari kehidupan pemimpin rohani yang dipimpin oleh  Roh Kudus, akan nyata kekuatan kasih, sukacita, damai sejahtera,  kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan  penguasaan diri (Galatia 5:22). Kebenaran inilah yang menjelaskan adanya  dinamika kredibilitas pemimpin rohani.
Ketiga,  Otoritas spiritualitas pemimpin Kristen dibuktikan dengan adanya  integritas diri yang teguh. Integritas diri itu kebaikan hati,  kebenaran, kemuliaan, keadilan, kesucian, kesedapan, kemanisan, kebaikan  dan kepatutan untuk dipuji, keadilan, kesetiaan, ketaatan dan kejujuran  yang membawa kemuliaan bagi Allah, karena segala sesuatu adalah dari  Dia, oleh Dia, dan bagi Dialah kemualiaan sampai selama-lamanya (Filipi  4:5,8; Yesaya 32:1-2; Roma 11:36). Dalam hubungan ini dapat ditegaskan  bahwa dinamika spiritualitas pemimpin Kristen akan ada dan nampak pada  integritas diri pemimpin yang ada di dalam Kristus, yang relah memberi  diri dipimpin oleh Roh Kudus. Penyerahan diri ini adalah dasar kekuatan  yang menopang pemimpin membuktikan integritas karakter Kristen yang  teguh oleh kuasa Roh Allah. Dengan integritas diri ini pemimpin dapat  berdiri teguh sebagai pemimpin rohani yang tangguh dalam menghadapi  serta menjawab tantangan perubahan dunia yang mengancam.
KADAR SPIRITUALITAS PEMIMPIN KRISTEN DAN KUALITAS KEPEMIMPINAN.
Menengok  balik akan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kadar kualitas  spiritualitas pemimpin Kristen berbanding sejajar dengan kualitas  kepemimpinannya. Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa spiritualitas  yang berkualitas menentukan adalah kekuatan bagi kualitas kepemimpinan.  Dapat juga dikatakan bahwa kadar kualitas spiritualitas menentukan  ketahanan dan kelanggengan kualtias kepemimpinan pemimpin rohani.  Menguraikan kebenaran tentang kadar kualitas spiritualitas, dapatlah  dikatakan bahwa faktor penting bagi peneguhan kadar kualitas  spiritualitas  pemimpin Kristen adalah antara lain:
Pertama,  Pemimpin rohani membangun diri di dalam Firman Allah (Mazmur 1; Yosua  1:7-9), sehingga ia memiliki karakter dan integritas diri yang kuat  dimana ia dilengkapi untuk setiap perbuatan benar dan baik (II Timotius  3:15-17);
Kedua,  Pemimpin rohani menjaga hatinya, sehingga ia rendah hati (Amsal 4:23)  dan memimpin seperti Yesus Kristus yang memimpin dari hati (Matius  9:34-38), memimpin berdasarkan kasih yang mengangkat (Yohanes 13:1,  34-35), dan memimpin dengan kekuatan kebenaran dan kebaikan (Yohanes  14:6; Yesaya 32:1-2, 8, 117), sehingga ia mengamalkan damai, keadilan  dan kesejahteraan dalam kepemimpinannya.
Ketiga,  pemimpin rohani memimpin dengan mengandalkan TUHAN Allah (Yeremia  17:7-8; 9:23-24), sehingga ia menjadi bijaksana dan teguh dalam  kepemimpinan melewati berbagai kondisi sulit (Amsal 18:10; 24:10; I  Raja-raja 3:9, 12, 28).
Keempat,  pemimpin rohani memimpin sebagai pemimpin teladan yang membawa berkat  bagi orang yang dipimpin dan lingkungan kepemimpinan (Ibrani 13:7,17).
Kelima,  pemimpin rohani memimpin dengan penuh pengabdian sebagai hamba dan  pelayan (Markus 10:41-47; Lukas 17:10) yang dibuktikan melalui pelayanan  terhadap orang yang dipimpin (I Petrus 5:1-4). Pemimpin yang memimpin  dengan melayani seperti Yesus Kristus sajalah yang adalah pemimpin yang  dapat membuktikan kualitas kepemimpinan yang tidak lekang karena panas  dan tidak lapuk oleh hujan. Kebenaran ini ditegaskan oleh Nabi Daniel  yang mengungkapkan, “Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya  seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada  kebenaran seperti bindatng-bintang, tetap untuk selama-lamanya” (Daniel 12:3).
RAMPUNGAN
Melihat  uraian sebelumnya tentang otoritas spiritualitas kepemimpinan dan  tentang kualitas kadar spiritualitas yang memiliki pengaruh terhadap  kadar kualitas pemimpin Krsten dan kepemimpinannya, dapat dikatakan  bahwa “kekuatan dan kualitas pemimpin terletak pada otoritas dan kadar  spiritualitasnya.” Di sini dapat ditekankan bahwa “pemimpin Kristen  dengan kadar otoritas spiritualitas tinggi sajalah yang akan membuktikan  diri sebagai pemimpin yang bekualitas dan dapat mempertahan kualitas  diri menghadapi tantangan dan tekanan dalam menjalankan kepemimpinan  yang diembannya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa “Pemimpin Kristen  yang menjaga otoritas spiritualitas dan mengembangkan kadar  spiritualitasnya adalah pemimpin berkualitas yang akan bertahan serta  siaga menghadapi kenyataan kepemimpnan pada segala masa (II Timotius  4:1-6). Pemimpin seperti ini adalah pemimpin yang disiapkan untuk  menghadapi masa depan yang sulit dan akan bertahan serta keluar sebagai  pemenang dalam menjalankan kepemimpinannya secara langgeng dan berhasil  (Nehemia 2:20).
Akhirnya,  spiritualitas sejati hanya ada karena pemimpin Kristen hidup dan  mengabdi seperti TUHAN-nya (I Yohanes 2:6), dimana ia mampu memimpin  dari hati (yang penuh hikmat; Matius 9:34-38; Yesaya 32:8), berlandaskan  kasih (yang mengangkat sesama Yohanes 13:1, 34-35; I Yohanes 4:7-10)  dengan kekuatan kebenaran dan kebaikan (yang membawa damai sejahtera;  Yesaya 32:17, 1-2; 15:15-16; Yohanes 14:6, 27; Matius 5:9). Dan lagi,  spiritualitas sejati meneguhkan hubungan pemimpin dengan TUHAN Allahnya,  Sang Pencipta, karena olehnya iahidup kudus (I Petrus 1:15-16); dan dapat melihat Allah (Matius 5:8), serta bersekutu degan DIA, hidup dalam ketaatan akan Firman berbasiskasih setia yang  ditambatkan pada hatinya sehingga ia dihormati oleh TUHAN Allah dan  manusia serta berhasil dan menjadi berkat dalam kepemimpinannya (Amsal  3:1-10; Kejadian 12:1-3). Selamat dan sukses bagi kemuliaan TUHAN Yesus  Kristus. TUHAN Allah kiranya memberkati dengan limpahnya. Terimakasih
