Cerita, "Uang Logam"
Suatu  ketika, ada seorang anak yang menemukan sebuah uang logam. Dia  sangat  senang sekali dengan apa yang ditemukannya. Dia mendapatkan uang,  tanpa  harus mengeluarkan tenaga. Tanpa bersusah payah, dia dapat  membeli apa  saja dengan uang yang ditemukannya itu. Ah, lalu dia  berpikir untuk  melakukan pekerjaan iini sampai sore nanti. Dia lalu  menghabiskan hari  itu dengan kepala menunduk, mata terbuka lebar, dan  meneliti setiap  pojok jalan dengan seksama.
Ya,  anak itu melakukan  kegiatan itu sampai akhir masa kanak-kanaknya. Dia  memang menemukan  banyak sekali uang dengan cara itu. Ada ratusan uang  receh, puluhan  uang kertas, beberapa perhiasan, sebuah liontin, dan  banyak benda  berharga lainnya yang dapat ditukarkan dengan uang dan  mainan. Anak itu  senang sekali dengan pekerjaan ini.
Memang, dia   mendapatkan banyak uang dengan cara ini. Namun, agaknya, dia melupakan   banyak hal. Dia, telah kehilangan ratusan kehangatan pagi dan indahnya   embun di dedaunan. Dia juga melewatkan ratusan pelangi yang kerap hadir   di atas awan, sebab, kepalanya selalu tertunduk ke bawah. Dia juga, tak   sempat untuk menyaksikan ribuan fajar dan ribuan senja.
Dia  tak  pernah menyaksikan burung-burung yang terbang di angkasa, dan  bercericit  di atas pohon-pohon. Dia melewatkan banyak sekali  layang-layang yang  berkejaran di langit, dan meliuk-liukan badannya  seperti camar yang  membentuk susunan-susunan formasi yang indah. Dia  tak sempat merasakan  harumnya bunga-bunga di taman, dan tawa riang  teman-temanya yang sedang  bermain.
Dia tak pernah  menemukan senyum hangat setiap orang yang  berpapasan dengannya. Dia  melewatkan tawa renyah dari kakek yang  bertongkat dan selalu mengelus  setiap anak yang ditemuinya. Dia, tak  pernah merasakan itu semua.  Burung yang beterbangan, matahari yang  bersinar, dan senyuman itu,  bukanlah bagian dari ingatan masa kecilnnya.
***
Sahabat, begitulah hidup. Kita bisa memilih hidup kita dengan kepala
  tertunduk,  dan pikiran dipenuhi dengan nafsu kekayaan, dan enggan  berurusan dengan  orang lain. Kita juga bisa memilih hidup, dengan penuh  ketakutan, takut  kehilangan setiap uang logam, takut akan kritik dan  saran, takit pada  setiap hal baru yang hadir di depan mata. Kita bisa  memilih untuk  terpaku pada satu hal, hanya memikirkan diri sendiri. 
  Ya, kita  memang bisa memilih itu semua. Namun, teman, kita juga bisa  memilih  untuk hidup dengan selalu memandang ke depan, dan pantang  menyerah. Kita  juga bisa memilih untuk merasakan semua nikmat Allah,  dan menjadi  bagian dari kehangatan persahabatan dan senyuman. Kita,  juga bisa  memilih untuk hidup dan berusaha untuk merasakan semua tawa,  semua  kehahuram bunga, dan keindahan fajar dan matahari senja. Ya, kita  memang  bisa memilih hidup kita. Tentukanlah dengan matang. ^_^