Cerita, "Pencuri"
Suatu  ketika, tinggallah sebuah keluarga kaya. Keluarga itu, terdiri  dari  orangtua, dan kedua anak laki-lakinya. Kekayaan mereka sangatlah   berlimpah. Lumbung mereka, penuh dengan tumpukan padi dan gandum. Ladang   mereka luas, lengkap dengan ratusan hewan ternak.
Namun,   pada suatu malam, ada pencuri yang datang ke lumbung mereka. Sebagian   besar padi yang baru di tuai, lenyap tak berbekas. Tak ada yang tahu   siapa pencuri itu. Kejadian itu terus berulang, hingga beberapa malam   berikutnya. Akan tetapi, tak ada yang mampu menangkap pencurinya.
Sang   tuan rumah tentu berang dengan hal ini. "Pencuri terkutuk!!, akan   kuikat dia kalau sampai kutangkap dengan tanganku sendiri." Begitu   teriak sang tuan rumah. "Aku akan menangkap sendiri, biar rasakan   pembalasanku."
Kedua anaknya, mulai ikut bicara. "Ayah,  biarlah  kami saja yang menangkap pencuri itu. Kami sudah cukup mampu  melawannya.  Kami sudah cukup besar, tentu, pencuri-pencuri itu akan  takluk di  tangan kami. "Ijinkan kami menangkapnya Ayah!"
Tak  disangka, sang  Ayah berpendapat lain. "Jangan. Kalian masih muda dan  belum  berpengalaman. Kalian masih belum mampu melawan mereka. Lihat  tangan  kalian, masih tak cukup kuat untuk menahan pukulan. Ilmu silat  kalian  masih sedikit. Kalian lebih baik tinggal saja di rumah. Biar aku  saja  yang menangkap mereka." Mendengar perintah itu, kedua anaknya  hanya  mampu terdiam.
Penjagaan memang diperketat, namun,  tetap saja  keluarga itu kecurian. Sang Ayah masih saja belum mampu  menangkap  pencurinya. Malah, kini hewan ternak yang mulai di ambil. Ia  sangat  putus asa dengan hal ini. Dengan berat hati, di datangilah  Kepala Desa  untuk minta petunjuk tentang masalah yang dialaminya.  Diceritakannya  semua kejadian pencurian itu.
Kepala Desa  mendengarkan dengan  cermat. Ia hanya berkata, "Mengapa tak biarkan  kedua anakmu yang menjaga  lumbung? Mengapa kau biarkan semua keinginan  mereka tak kau penuhi?  Ketahuilah, wahai orang yang sombong,  sesungguhnya, engkau adalah  "pencuri" harapan-harapan anakmu itu.  Engkau tak lebih baik dari  pencuri-pencuri hartamu. Sebab, engkau tak  hanya mencuri harta, tapi  juga mencuri impian-impian, dan semua  kemampuan anak-anakmu. Biarkan  mereka yang menjaganya, dan kau cukup  sebagai pengawas."
Mendengar  kata-kata itu, sang Ayah  mulai sadar. Pada esok malam, diijinkanlah  kedua anaknya untuk ikut  menjaga lumbung. Dan tak berapa malam kemudian,  ditangkaplah  pencuri-pencuri itu, yang ternyata adalah penjaga lumbung  mereka  sendiri.
***
Sahabat, pernahkan kita  bertanya  kepada anak kecil tentang cita-cita dan harapan mereka? Ya,  bisa jadi  kita akan mendapat beragam jawaban. Suatu ketika mereka akan  menjadi  pilot, dan ketika lain mereka memilih untuk menjadi dokter.  Suatu saat  mereka akan mengatakan ingin bisa terbang, dan saat lain  berteriak ingin  dapat berenang seperti ikan. Walaupun pada akhirnya  kita tahu hanya ada  satu jawaban kelak, namun, pantaskah jika kita  melarang mereka semua  untuk punya harapan dan impian?
Begitulah,  seperti halnya dalam  cerita diatas, ada banyak pencuri-pencuri impian  yang berkeliaran di  sekitar kita. Mereka, mencuri semua impian, dan  merampas harapan-harapan  yang kita lambungkan. Mereka, selalu  menghadang setiap langkah kita  untuk mencapai tujuan-tujuan hidup.
Bisa  jadi, pencuri-pencuri  itu bisa hadir dalam bentuk orangtua, teman,  saudara, atau bahkan rekan  kerja. Namun, yang sering terjadi adalah,  kita sendirilah pencuri  harapan dan impian itu. Kita sendirilah pencuri  yang paling besar  menghadang setiap langkah. Kita sering temukan dalam  diri, perasaan  takut, ragu, dan bimbang dalam melangkah.
Terlalu  sering kita  mendengarkan suara kecil yang mengatakan, "Saya tidak  bisa, saya tidak  mampu." Atau, sering kita berucap, "Sepertinya, saya  tak akan mungkin  mengatasinya." "jangan, jangan lakukan ini sekarang,  lakukan ini nanti  saja. Terus seperti itu. Kegagalan, sering kita  jadikan peniadaan dalam  melangkah.
Namun, sahabat,  seringkali bisa keliru..Kegagalan, adalah sebuah cara Allah untuk  menunjukkan kepada kita tentang arti kesungguhan.Kegagalan,  adalah  pertanda tentang sebuah usaha yang tak akan berakhir. Kegagalan,  adalah  sebuah pelajaran tentang bagaimana meraih semua harapan yang  terlewat.
Memang,  tak ada kesuksesan yang diraih dalam semalam.  Karena itu, yakinlah,  dengan kesabaran kita akan dapat meraih semua  harapan dan impian. Maka,  yakinlah dengan semua impian kita. Jika kita  mampu, dan nurani kita  mengatakan setuju, jangan biarkan orang lain  mencuri impian  itu--terutama oleh diri kita sendiri.
Dan sahabat, jangan  jadikan diri kita pencuri-pencuri impian orang lain.Yakinlah dengan itu  semua, sebab Allah selalu akan bersama kita.