Cerita, "Beruntung atau malang"
  Alkisah jaman dahulu kala ada seorang petani miskin yang hidup dengan  seorang putera nya. Mereka hanya memiliki seekor kuda kurus yang  sehari-hari membantu mereka menggarap ladang mereka yang tidak seberapa.  Pada suatu hari, kuda pak tani satu-satu nya tersebut menghilang, lari  begitu saja dari kandang menuju hutan.Orang-orang di kampung yang  mendengar berita itu berkata: “Wahai Pak Tani, sungguh malang nasibmu!”.
 Pak tani hanya menjawab, “Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …”  Keesokan hari nya, ternyata kuda pak Tani kembali ke kandangnya, dengan  membawa 100 kuda liar dari hutan. Segera ladang pak Tani yang tidak  seberapa luas dipenuhi oleh 100 ekor kuda jantan yang gagah perkasa.  Orang2 dari kampung berbondong datang dan segera mengerumuni “koleksi”  kuda-kuda yang berharga mahal tersebut dengan kagum. Pedagang-pedagang  kuda segera menawar kuda-kuda tersebut dengan harga tinggi, untuk  dijinakkan dan dijual. Pak Tani pun menerima uang dalam jumlah banyak,  dan hanya menyisakan 1 kuda liar untuk berkebun membantu kuda tua nya.
 Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: “Wahai Pak  tani, sungguh beruntung nasibmu!”. Pak tani hanya menjawab, “Malang atau  beruntung? Aku tidak tahu …” Keesokan hari nya, anak pak Tani pun  dengan penuh semangat berusaha menjinakan kuda baru nya. Namun, ternyata  kuda tersebut terlalu kuat, sehingga pemuda itu jatuh dan patah kaki  nya.
 Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: “Wahai Pak  tani, sungguh malang nasibmu!”. Pak tani hanya menjawab, “Malang atau  beruntung? Aku tidak tahu …” Pemuda itupun terbaring dengan kaki  terbalut untuk menyembuhkan patah kaki nya. Perlu waktu lama hingga  tulang nya yang patah akan baik kembali. Keesokan hari nya, datanglah  Panglima Perang Raja ke desa itu. Dan memerintahkan seluruh pemuda untuk  bergabung menjadi pasukan raja untuk bertempur melawan musuh di tempat  yang jauh. Seluruh pemuda pun wajib bergabung, kecuali yang sakit dan  cacat. Anak pak Tani pun tidak harus berperang karena dia cacat.
 Orang-orang di kampung berurai air mata melepas putra-putra nya  bertempur, dan berkata: “Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!”.  Pak tani hanya menjawab, “Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …”
 (sumber : arifperdana.wordpress.com)
 ~~~
 Sahabat, kisah di atas, mengungkapkan suatu sikap yang sering disebut:  non-judgement. Sebagai manusia, kita memiliki keterbatasan untuk  memahami rangkaian kejadian yang diskenariokan Sang Maha Sutradara. Apa2  yang kita sebut hari ini sebagai “kesialan”, barangkali di masa depan  baru ketahuan adalah jalan menuju “keberuntungan” . Maka orang-orang  seperti Pak Tani di atas, berhenti untuk “menghakimi” kejadian dengan  label-label “beruntung”, “sial”, dan sebagainya.
 Karena, siapalah kita ini menghakimi kejadian yang kita sunguh tidak  tahu bagaimana hasil akhirnya nanti. Seorang karyawan yang dipecat  perusahaan nya, bisa jadi bukan suatu “kesialan”, manakala ternyata  status job-less nya telah memecut dan membuka jalan bagi diri nya untuk  menjadi boss besar di perusahaan lain.
 Maka berhentilah menghakimi apa –apa yang terjadi hari ini, kejadian  –kejadian PHK , Paket Hengkang , Mutasi tugas dan apapun namanya . . .  .yang selama ini kita sebut dengan “kesialan” , “musibah ” dll , karena  .. sungguh kita tidak tahu apa yang terjadi kemudian dibalik peristiwa  itu.
 “Hadapi badai kehidupan sebesar apapun. Tuhan takkan lupa akan kemampuan  kita. Kapal hebat diciptakan bukan untuk dilabuhkan di dermaga saja.”
 Hal semacam ini juga sering terjadi pada diri kita jika kita mau  memperhatikannya. Pertanyaannya, Apakah Anda sekarang mengalami  Keberuntungan Atau Kemalangan ?