BAHAGIA, SUKSES, DAN KAYA RAYA .... PILIH YANG MANA ?
 Betapa  sering, setiap kali kita bertemu dengan bekas teman sekolah, bekas  teman sekantor atau bekas pacar sekali, angan kita melayang. Tidak  jarang hati kita dirasuk pertanyaan, “apa jadinya kalau dulu, saya  menikah dengan dia ?” Atau sebaliknya. Bekas pacar anda yang mungkin  sudah menikah, dan kemudian karena satu dan berbagai hal, lalu bercerai,  tiba-tiba menghubungi anda. Melontarkan satu pertanyaan yang sangat  sulit dijawab : “Gue salah pilih yah ! Mestinya gue married sama elu ….”  Dan anda pasti terhenyak mendengarnya. Pikiran anda bermain. Lalu  muncul pertanyaan yang mirip, “apa jadinya kalau dulu kami sampai  menikah ?” Lebih berbahagia atau sebaliknya.
Namun hidup  ini tidak cuma berporos pada satu arah saja. Terkadang kita bertemu juga  dengan bekas teman dan bekas pacar, tapi dengan perasaan terbalik. Kita  bertemu dengan seorang teman yang menceritakan bahwa ia ditipu dan  mengalami nasib sial dengan salah satu teman, gara-gara berpartner dalam  bisnis. Maka tidak jarang reaksi kita adalah bersyukur, telah memilih  pilihan yang tepat dan tidak jadi berpartner dengan teman itu.  Atau  kita bertemu dengan bekas pacar, yang telah menikah, tetapi penampilan  fisik sang bekas pacar, jauh dari dugaan dan bayangan yang kita miliki.  Mau tidak mau tanpa kita sadari, kita juga bersyukur tidak jadi menikah  dengan orang yang sama.
Dititik inilah banyak diantara  kita mungkin sadar, bahwa hidup ini adalah pilihan semata. Salah  memilih, akibatnya akan runyam sekali. Pintar dan pandai memilih, maka  apapun yang kita hendaki dari hidup ini, akan terpenuhi semuanya.  Seorang teman, curhat kepada saya. Kata beliau, dahulu keluarganya  memilihkan dia sekolah yang paling dekat dengan rumah. Agar praktis.  Saat SMA ia memilih jurusan IPA, karena persepsinya anak-anak IPA jauh  lebih elit, lebih pintar, dan lebih terpilih. Mereka yang angkanya  kurang, selalu masuk IPS. Orang tuanya, selalu menanamkan kepercayaan  bahwa setelah SMA, ia harus memilih fakultas atau jurusan elit pula.  Seperti kedokteran, tekhnik, arsitek, dstnya. Usai sekolah ia  melanjutkan kuliah di Amerika. Tidak berhasil lulus. Untung saja ia  kemudian menikah dengan seorang anak pengusaha sangat kaya. Hidup  berkecupan. Dan punya kehidupan yang mirip dengan dongeng Cinderella.  Sambil tertawa ia bercerita bahwa sebenarnya ia punya perasaan bersalah  hingga hari ini. Bahwa disaat-saat kritis ketika kuliah di Amerika, ia  memutuskan untuk tidak menikah dengan orang yang paling ia cintai.  Tetapi sebaliknya memilih pria yang ia rasakan paling mencintai dia, dan  yang paling bagus status ekonominya. Menurut teman saya, ini pilihan  hidup yang paling aman dan resikonya paling kecil. Terbukti pilihannya  memang mujarab. Setidaknya begitulah ceritanya pada saya.
Kini  dengan kehidupan yang lebih dari cukup, ia mengaku menerapkan ilmu dan  strategi memilih kepada anak-anaknya. Ia tidak lagi memilih sekolah  terdekat dengan rumah. Tetapi sekolah yang paling baik mutunya, dan  sekolah yang paling elit pergaulan-nya. Ia berusaha menjelaskan kepada  anaknya, mengapa anaknya harus memilih makanan tertentu. Mainan  tertentu. Serta kegiataan tertentu. Ia mau anaknya fasih dan pintar  memilih. Sebuah strategi yang masuk akal.
Kalau kita  membaca berbagai buku yang mengajarkan kiat dan strategi untuk berhasil  dalam kehidupan ini, apakah itu sukses, kaya, dan berbahagia, semuanya  mengajarkan hanya satu jalan. Seolah hidup ini jalan satu arah. Mestinya  tidak demikian. Dr. Kathleen Hall, seorang ahli manajemen stress dan  praktisi harmonisasi kehidupan, mengatakan "In every single thing you  do, you are choosing a direction. Your life is a product of choices."   Menurut beliau kunci kehidupan cuma satu. Selalu memilih yang tepat !  Terdengar mudah - tinggal memilih, tetapi prakteknya memerlukan strategi  dan ilmu tersendiri.
Ketika ayah saya meninggal tahun  1990. Saya sangat berduka. Guru spiritual dan mentor saya, member  nasehat yang sangat sederhana. Kata beliau, “Kamu tinggal memilih. Hidup  berbahagia. Atau tidak ?” Lalu beliau mengajarkan sejumlah pilihan  hidup.  Misalnya kalau ingin kaya raya, maka kita harus berani memilih  hidup hemat. Kalau ingin karir bagus, pilih hidup yang tekun dan rajin.  Dan kalau ingin kaya, pilih hidup menjadi seorang entrepener. Jangan  bekerja sebagai seorang professional. Akhirnya saya mengikuti nasehat  beliau. Saya memilih hidup berbahagia. Saya berhenti bekerja sebagai  seorang professional. Lalu menjadi entrepener tulen dan 100% full time.  Maka hidup sayapun berubah. Saya benar benar merasakan dan menikmati  hidup.
Hambatan terbesar, seringkali kita tidak bisa  memilih. Kebebasan kita memilih terbatas, atau sama sekali tidak ada.  Terkadang sebaliknya kita punya banyak pilihan tetapi kita tidak paham  memilih dan terlalu sering memilih yang salah. Warren Buffett, salah  satu orang terkaya didunia, mengatakan “You only have to do a very few  things right in your life so long as you don't do too many things wrong.  “ Secara matematik beliau memberikan nasehat bahwa selama anda membuat  beberapa pilihan hidup yang benar. Hanya sesekali anda membuat pilihan  hidup yang salah, maka semestinya,hidup anda berjalan sesuai dengan apa  yang anda kehendaki”
Nasehat terakhir dari Mpu Peniti,  “Kamu harus tahu apa yang kamu inginkan dalam hidup ini. Baru kamu bisa  memilih !” Berkali-kali saya menemukan teman dan sahabat, yang pasrah.  Tidak tahu apa pilihan hidupnya. Tidak lagi mau memilih dan seringkali  membiarkan orang memilih untuk mereka. Ini situasi yang paling  berbahaya. Karena hidup kita menjadi lepas kendali. Kita tidak lagi  mampu mengarahkan hidup kita. Ketika saya membuat dan memilih peta  kehidupan saya, secara sederhana saya memilih. Pertama, saya memilih  hidup yang berbahagia. Berapapun uang disaku saya, dan apapun yang saya  makan, saya akan selalu bergembira dan bersyukur. Saya merangkul  kebahagian tiap detik dan tiap peristiwa. Hidup ini terasa sangat  nikmat. Kedua saya memilih tekun, kerja keras, dan selalu optimis.  Semangat hidup yang saya pilih ini, menghadiahkan saya  satu sukses dan  sukses berikutnya. Ketiga tidak jarang sukses itu juga menghadiahkan  saya sukses materi. Yang memberikan saya pilihan untuk hidup hemat dan  berkecukupan. Nyatanya hidup memang sangat mudah, kita tinggal  memilihnya dengan bijaksana.