Rematik : Mitos & Fakta Mengenai Rematik
Jika Anda merasakan nyeri di lutut, siku, pergelangan, maupun di bagian sendi-sendi lain, bisa jadi itu adalah pertanda Anda terkena rematik. Segera memeriksakan diri ke dokter merupakan keputusan yang tepat, karena apabila gangguan ini tidak segera ditangani, dapat membuat anggota tubuh berfungsi tidak normal. Mulai dari persendian menjadi benjol-benjol, sendi tidak bisa digerakkan, sampai sulit berjalan.
Bersamaan dengan itu, berkembang pula beragam mitos seputar penyakit ini yang terkadang diyakini benar oleh masyarakat.
1. Mitos : Rematik disebabkan oleh cuaca dingin, seringnya mandi malam, terlalu sering mandi dan sering berada dalam ruangan dingin/AC.
Mitos ini memang amat populer. Namun, tidak terbukti kebenarannya, karena secara patologis tidak ada kaitannya antara mitos tersebut dengan timbulnya penyakit rematik.
Fakta : Penderita rematik, sama seperti pada orang sehat, dimana setiap kali tubuh terkena air dingin atau suhu dingin akan menyebabkan kapsul sendi mengkerut. Hal ini tentunya bisa menambah rasa nyeri penderita rematik yang sendinya memang sudah sakit. Anjuran yang diberikan pada penderita rematik adalah mandi dengan air hangat sehingga bisa mengurangi nyeri pada persendiannya di samping menggunakan obat-obatan.
2. Mitos : Rematik disebabkan oleh makanan seperti jeroan. Mitos ini juga banyak dipercaya oleh sebagian besar masyarakat.
Fakta : Tidak semua penyakit rematik berkaitan dengan konsumsi makanan jeroan. Dari sekitar lebih dari 100 macam rematik hanya satu yang berkaitan dengan makanan (jeroan), yaitu Artritis Gout/Pirai.
3. Mitos : Rematik disebabkan oleh asam urat. Sebagian masyarakat masih percaya apabila terkena rematik pastilah kadar asam urat dalam darahnya tinggi. Hal ini tentunya merupakan kepercayaan yang salah.
Fakta : Hanya Artritis Gout/Pirai (salah satu macam penyakit rematik) yang diakibatkan oleh kenaikan kadar asam urat, sedangkan penyakit rematik lainnya tidak. Artritis Gout/Pirai ini sendiri merupakan macam penyakit rematik yang menimbulkan rasa sakit yang paling berat.
4. Mitos : Rematik disebabkan faktor keturunan. Meskipun mitos ini tidak seluruhnya salah, namun masih tetap harus diluruskan.
Fakta : Tidak semua secara langsung diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Ada beberapa jenis rematik memang mempunyai faktor genetik/keluarga yang mendasarinya.
5. Mitos : Rematik selalu mengenai orang berusia lanjut sehingga berhubungan dengan proses penuaan.
Fakta : Ada beberapa penyakit rematik yang memang berkaitan dengan usia lanjut, seperti Osteoarthritis, namun penyakit artritis sendiri bukanlah monopoli menyerang mereka yang berusia lanjut, karena bisa juga menyerang mereka yang masih muda belia.
6. Mitos : Rematik hanya menyerang wanita.
Fakta : Dari sekitar 100 macam penyakit rematik, tidak hanya wanita yang diserang. Sebagai contoh untuk macam penyakit rematik seperti Lupus dan Arthritis Reumathoid memang lebih banyak menyerang wanita dibandingkan pria. Sedangkan pada penyakit Artritis Gout/Pirai dan Ankilosis Spondilitis ternyata lebih banyak menyerang kaum pria.
7. Mitos : Rematik hanya menyerang sendi dan tulang.
Fakta : Penyakit sendi terutama memang menyerang sendi. Namun, jaringan sekitar sendi juga dapat terkena, termasuk beberapa organ seperti jantung dan ginjal. Penyakit rematik ini dapat diikuti oleh demam, letih, lelah, berat badan turun, dan sebagainya.
8. Mitos : Rematik memerlukan antibiotika untuk mengatasi sendi yang bengkak.
Fakta : Antibiotika hanya digunakan pada arthritis yang disebabkan oleh infeksi (Septik Artritis). Apabila tidak ada infeksi, penggunaan antibiotika adalah sesuatu yang tidak perlu. Antibiotika juga tidak diberikan secara rutin walaupun sendi terlihat membengkak dan merah, hal ini berbeda dengan pemberian Obat Anti Radang Sendi (OAINS). Namun, khusus untuk Demam Rematik (pada anak) diperlukan pemberian antibiotika khusus untuk mencegah kelainan katup jantung.
9. Mitos : Semua obat anti radang sendi adalah sama. Mitos ini berkembang seiring dengan banyaknya obat anti radang yang tersedia.
Fakta : Tidak semua obat anti radang sama, terutama dari segi keamanannya. Pemakaian obat anti radang sendi yang sudah dikenal sejak lama menyebabkan efek samping berupa gangguan pada saluran pencernaan dan fungsi ginjal. Gangguan pencernaan ini bisa sampai menyebabkan perdarahan akibat pecahnya saluran pencernaan sehingga bisa berakibat fatal. Namun, kini sudah tersedia pengobatan penyakit rematik dengan obat anti radang sendi yang terbaru yaitu obat yang bernama generik Celecoxib dimana efek samping obat ini pada saluran pencernaan dan ginjal berdasarkan hasil penelitian yang sudah ada terbukti sangat minimal, sehingga bisa dikatakan lebih aman dibandingkan dengan obat anti radang sendi yang lain. Obat ini bekerja spesifik pada enzim COX-2 yang memicu peradangan.
Sementara obat anti radang sendi yang lama menekan COX-1 dan COX-2. Padahal COX-1 diperlukan untuk melindungi lambung dan ginjal, sehingga pada penggunaan obat anti radang sendi yang lama perlu disertai obat penetralisir lambung.