Cerita, "Anak Kecil"
Suatu ketika terlihat dua anak kecil kakak beradik sedang berebut sebuah mainan di depan teras rumah. Mereka memperebutkan sebuah mainan robot-robotan.
“Mainan ini miliku!” kata anak itu sanbil menarik mainan robot yang di pegang adiknya.
“Adik pinjam sebentar!” kata sang adik sambil memegang mainan tersebut.
“Ga boleh, kakak mau main!” kata sang kakak. Karena tidak sabar, sang kakak mulai memukul kepala sang adik.
“Waaaaaaaaaaa, kakak jahat, kakak jahat!” sang adik menangis dan berlari menuju ibunya. Sang Ibu terlihat berusaha mendiamkan dengan mencarikan mainan pengganti.
Tak lama kemudian, sang adik mendekati kakaknya, dan memamerkan mainan barunya kepada kakaknya.
“Mainanku lebih bagus!” dengan bangga sang adik berbicara kepada kakaknya.
“Ah, biasa aja! Yuk main bareng!” ajak sang kakak kepada adiknya.
Kemudian sang adik bermain bersama kakaknya kembali dengan canda dan tawa. Sang adik melupakan rasa sakitnya karena dipukul oleh kakaknya tadi.
~~~
Sahabatku, seharusnya kita malu kepada sikap anak-anak kecil. Mereka mudah sekali melupakan dan memaafkan kesalahan saudaranya sendiri. Tidak butuh waktu lama mereka untuk akur kembali. Bahkan mereka tidak membutuhkan kata maaf dari saudaranya.
Sungguh beda dengan diri kita. Berat sekali kita memaafkan kesalahan seseorang. Jangankan yang belum meminta maaf, yang sudah meminta maafpun kita merasa berat untuk memberikan kata maaf. Bahkan kita enggan menatap wajahnya. Memendam kemarahan hingga bertahun-tahun. Tanpa sadar kita telah memendam banyak bara amarah dalam diri kita.
Sahabatku, belajarlah utuk mudah memaafkan orang lain. Lupakanlah kesalahan mereka, dan sebaliknya ingatlah selalu jasa mereka. Buanglah bara-bara amarah dalam diri kita ini dengan pemberian maaf yang tulus dan ikhlas. Bahkan ketika mereka belum meminta maaf kepada kita.